Tuesday, July 2, 2013

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI TAKTIK JEPANG MEMBENTUK BPUPKI TAHUN 1945 PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 B. SRIKATON TAHUN AJARAN 2011/2012


BAB 1
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Diera globalisasi, telah terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan Tehonologi (IPTEK ).  Sehingga manusia dituntut untuk mampu bersaing dengan manusia yang lain. Salah satunya adalah melalui pendidikan yang perlu ditunjang oleh kinerja pendidikan yang bermutu tinggi dan berkualitas. Pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik menjadi aktif. Hal ini sesuai dengan definisi menurut Sukmadinata (2008: 25) sebagai berikut:  
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapian tujuan-tujuan  tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya peserta didik, masyarakat dan pekerjaan sekaligus. Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik.

Dalam proses pembelajaran, guru yang memiliki strategi pembelajaran   untuk menghindari kurangnya minat belajar terhadap pelajaran sejarah yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Hamzah (2007:2) “Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami pembelajaran,pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasai diakhir kegiatan belajar”.
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru. Menurut Suparman (2010:22) “Guru berperan sebagai fasilisator anak didik dalam proses pencarian nilai-nilai atau pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan kehidupan dan lingkungan sekitarnya”. Untuk itu sebagai seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat membangun kreativitas peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan. Menurut Kunandar (2010:10) bahwa:
Pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) peserta didik dengan cara untuk meningkatkan kualitas diri manusia melalui proses pembelajaran. Maka meningkatkan kualitas peserta didik, guru sebagai tenaga pendidik mempunyai tujuan utama untuk menciptakan prestasi belajar yang optimal yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dapat menarik siswa serta memotivasi siswa untuk siswa-siswi dapat belajar dengan baik dan semangat. Suasana belajar yang menyenangkan selalu akan berdampak positif bagi semua siswa. Prestasi siswa dalam belajar merupakan indikasi perubahan-perubahan siswa setelah mengalami proses belajar-mengajar. Dari prestasi inilah dapat dilihat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran.
                                                   
Kegiatan pembelajaran di dalam belajar-mengajar merupakan kegiatan yang sangat penting. Berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian suatu pengajaran belajar-mengajar di sekolah banyak tergantung pada situasi belajar-mengajar di dalam kelas. Permasalahan yang ada adalah tidak adanya keaktifan siswa di dalam mengikuti belajar-mengajar khususnya pada mata pembelajaran sejarah. Siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran sejarah yang diajarkan guru di dalam kelas.

Strategi pembelajaran adalah merupakan ilmu yang digunakan oleh seorang guru dalam keseluruhan proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, W. Gulo (2002:2) mengemukakan “Strategi dalam kegiatan belajar-mengajar adalah seni atau ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien”.
Menurut pendapat di atas dapat diambil pengertiannya bahwa model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar atau instruktur kepada peserta pelajar menciptakan kualitas dalam belajarnya.
Berdasarkan studi pendahuluan yang pernah dilakukan penulis di SMP Negeri 1 B. Srikaton di dalam proses belajar-mengajar guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional, dimana pembelajaran tersebut pada guru artinya guru sebagai sumber utama dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah sebagai metode utama.
Dengan metode ini kondisi pembelajaran yang demikian akan berdampak pada hasil belajar IPS Terpadu yang diharapkan yaitu rata-rata masih tergolong rendah atau belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 1 B. Srikaton. Dari 62 siswa yang mendapatkan nilai KKM  hanya 28 siswa mampu mencapai KKM yang telah ditetapkan  selebihnya belum tuntas. Adapun KKM di SMP Negeri 1 B. Srikaton yaitu 75. Hal ini perlu penanganan yang serius demi tercapainya hasil belajar yang maksimal untuk mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 1 B. Srikaton. Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut, maka dari itu  model pembelajaran talking stick dianggap  penulis dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar-mengajar. Menurut Fatimah, Sukardi, dkk. (2008:8) menyatakan bahwaModel pembelajaran talking stick adalah model pembelajaran yang bersifat kooperatif. Alat penunjuk giliran siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus dijawab”.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Hail Belajar Materi Taktik Jepang Membentuk BPUPKI Tahun 1945 pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton Tahun Ajaran 2011/2012.
B.   Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah “Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajarantalking stick terhadap hasil belajar materi taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012?”
C.   Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diterapkannya model pembelajaran talking stick terhadap hasil belajar materi taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945 di kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012.
D.   Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat luasnya permasalahan yang tercakup dalam penelitian ini, juga terbatas dana, waktu dan kemampuan penulis, maka ruang lingkup penelitian yang akan dibahas yaitu:
a.    Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012
b.    Materi yang dipilih yaitu taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945
c.    Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan kognitif siswa yang diperoleh mengikuti pembelajaran melalui tes setelah penyajian pokok bahasan.
d.  Peneliti dilaksanakan pada kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012.
e.   Kelas VIII 1 sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Talking Stick sedangkan kelas VIII 5 Sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ceramah bervariasi.
E.   Manfaat Penelitian
Setelah hasil penelitian ini didapatkan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a.    Bagi guru
       Untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sejarah tentang materi Taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945 sehingga siswa dapat mendapatkan hasil di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
b.    Bagi siswa
       Sebagai motivasi meningkatkan hasil belajar dalam memahami materi taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945.
c.    Bagi sekolah
Meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran sejarah pada materi Taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945.
d.    Bagi lembaga
       Sebagai sumbangan dan pemikiran serta wawasan sejarah pembangunan mutu pendidikan bagi program sejarah di STKIP-PGRI Lubklinggau.
F.    Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang beda-beda, maka diperlukan adanya penegasan-penegasan istilah-istilah yang meliputi:
a.    Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu orang atau benda yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang
b.    Model pembelajaran Talking Stick adalah termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya
c.  Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan  seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi  dengan lingkunganya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Deskripsi Teoritik                                        
1.    Pengertian Pengaruh
Poerwadarminta (1996:53) ”Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau bendanya) yang berkuasa atau berkekuatan (gaib)”. Menurut Muhammad Ali (1992:80) ”Pengaruh  adalah yang ada atau timbul dari suatu arah atau benda”  Sedangkan menurut pendapat Chulsum dan Novia dalam Fatmawati (2006:6) “Pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu, orang, benda, yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang dan sebagainya.
”Dari pendapat ketiga di atas dapat di simpulkan bahwa pengaruh adalah daya yang mempunyai kegiatan atau ghaib”.

2.        Pengertian Belajar
Slamento (2010:2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perbaikan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam lingkungannya”. Menurut, Dimyati dan Mudjiono, dalam Piaget (2002:13) menyatakan” proses belajar   terjadi karena adanya pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan, dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang’.  Sedangkan menurut Hamalik (2003:36)”  belajar adalah :
Suatu aktivitas mental  yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, serta nilai sikap. Belajar juga dapat diartikan suatu usaha yang dilakukan seorang memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan hasil dari interaksi dengan oleh  lingkungannya, upaya untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan kepandaian mencari dan mendapat ilmu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil   pengertiannya bahwa belajar adalah suatu proses atau  serangkaian kegiatan yang dilakukan memperoleh perubahan tingkah laku  sebagai  hasil pengalaman individu dalam interaksi  dengan lingkungan  menyangkut, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 
.
3.        Hasil Belajar
Setiap kegiatan belajar yang dilakukan siswa merupakan hasil perubahan tingkahdan hasil dari suatu interaksi tindak belajardan tindak mengaja laku siswa perubahan ini dilakukan koqnitif, efektif dan psikomotorik. Hal ini berdasarkan pendapat menurut Sudjana (2002:12)” Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku,dimana tingkah laku sebagai hasil belajar yang dalam pengetahuan yang luas,mencakup bidang Koqnitif, efektif, dan psikomotorik”. Setiap orang yang melakukan suatu kegiatan belajar akan selalu ingin mengetahui hasil belajar dari kegiatan yang dilakukannya,orang yang melakukan kegiatan tersebut,berkeinginan mengetahui baik atau buruknya kegiatan yang dilakukannya. Dimyati (2006:189) mengemukakan bahwa:
Siswa dan guru  merupakan orang orang yang terlibat dalam kegiatan hasil belajar tentu mereka juga berkeinginan mengetahui proses dan hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk menyediahkan informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran maka seorang guru harus menyelenggarakan kegiatan evaluasi hasil belajar

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa hasil adalah suatu proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya serta informasi  hasil baik buruknya suatu kegiatan pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, tidak siswa terlepas dari pendekatan yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh dalam belajar. Menurut Slamento  dalam Hesty,( 2010:11) bahwa;
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu faktor internal (dari dalam siswa) dan faktor eksternal (dari luar) faktor-faktor tersebut terdiri dari : 1.Faktor internal (faktor dari dalam siswa) a.faktor kesehatan jasmani b.faktor intelegensi siswa c.faktor sikap siswa d. Faktor bakat siswa e. faktor motivasi siswa. 2. Faktor eksternal (dari luar  diri)  a. Faktor lingkungan sosial (sosial dan keluarga) b.faktor non sosial (sarana dan prasarana sekolah, keadaan cuaca, waktu belajar)
                                             
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan seseorang siswa tidak bisa terlepas dari faktor yang berasal dari dalam diri siswa  maupun dari luar diri siswa atau faktor lingkungan tersebut, karena dari kedua faktor tersebut ikut serta dalam membentuk pribadi individu seseorang siswa yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik,sehingga akan merubah cara berpikir dan menghasilkan pekerjaan yang baik.            
4.        Model Pembelajaran Talking stick
Model pembelajaran talking stick salah satu model pembelajaran yang kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Menurut pendapat Dahlan (2000:120) bahwa:
Model pembelajaran talking stick menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus dijawab. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lain secara bergiliran, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.

  Sedangkan menurut pendapat dari Sudjana (2001:10) yang menyatakan bahwa:
Model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan alat berupa tongkat sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan menimbulkan suasana yang menyenangkan. Tongkat tersebut digilirkan pada siswa dan bagi siswa mendapatkan tongkat sesuai dengan aba-aba dari guru, maka siswa diberi pertanyaan oleh guru dan harus dijawab.
                                                                                   
Dari dua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran talking stick adalah tongkat sebagai alat bantu guru estafet secara bergiliran yang harus menjawab mendapat pertanyaan guru. Setelah menjelaskan pengertian model pembelajaran tersebut, tentu model pembelajaran talking stick  mempunyai langkah-langkahnya. Menurut Fatimah, Siti, Sukardi, dkk (2008:27) sebagai berikut.
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat, 2) guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada buku pegangannya atau buku paketnya; 3) setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, lalu menyuruh siswa menutup bukunya; 4) guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru; 5) guru memberikan kesimpulan dan; 6) evaluasi; 7) kesimpulan.

  Di  Dalam model pembelajaran Talking Stick, model ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model ini adalah menguji kesiapan siswa, melatih, membaca dan memahami dengan cepat, agar lebih giat belajar. Sedangkan kekurangan model ini adalah membuat siswa merasa senak jantung.
5.   Materi Taktik Jepang Membentuk BPUPKI Tahun 1945
a.  Terbentuknya BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai)
Dalam Buku Noto Susanto, Nugroho, (1976:15 ) menyatakan
bahwa:

Pada tanggal 1 September 1944 didalam Sidang Istimewa Teikoku Gikai (Parlemen Jepang) ke-85 di Tokyo, Perdana Menteri Koiso (pengganti Perdana Menteri Tojo) mengumumkan tentang pendirian pemerintah Kemaharajaan Jepang, bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia) diperkenankan merdeka kelak dikemudian hari, Apa yang menyebabkan dikeluarkannya pernyataan tersebut adalah karena semakin terjepitnya angkatan perang Jepang.Dewan Sanyo dibentuk sebagai persiapan untuk menjadi Dewan Menteri kelak dalam Indonesia merdeka (Januari 1945). Panitia Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diadakan tugasnya menyiapkan rencana Undang-undang Dasar bagi Indonesia kelak.
                                                                       
Sedangkan menurut pendapat Indra Ridhwan Muhammad (1987:58)
bahwa:
Pembentukan badan ini bermaksud menyelenggarakan pemeriksaan dasar tentang hal-hal yang penting. Rancangan-rancangan dan penyelidikan-penyelidikan yang berhubungan dengan usaha mendirikan indonesia merdeka yang baru.jika suatu bangsa meneguhkan dasar kemerdekaannya,maka mempunyai keyakinan diri untuk sanggup membela negara sendiri dan juga mempunyai kekuatan yang nyata sebagai bangsa”

Menurut pendapat diatas,dapat di simpulkan ucapan Gunseikan tersebut dititik beratkan pada perhatian indonesia,  kesiapan bangsa Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan indonesia dan membantu jepang dalam perang pasifik. Setelah Keadaan tentara jepang semakin kritis, kekalahan tentara jepang tinggal menunggu waktu, disebutkan oleh Sagimun, MD (1989:259) bahwa: 
Didalam kritis itulah  Saikoshikian ( Panglima tentara jepang) yakni kumacikiharada Mengumumkan tentang pembentukan badan yang terkenal dengan nama “Dukuritsu junbi cosakai” atau disebut juga Badan penyelidik Usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia (BPUPKI). Pembentukan badan  ini merupakan perujudan janji kemerdekaan pemerintah Dai Nippon kepada bangsa indonesia. Pengakatan pengurus dan angota-anggota BPUPKI pada tanggal 29 April 1945 bertepatan” Tentyyosetsu” yakni Hari Ulang Tahun Tenno Heika, kaisar jepang”.

Pada tanggal 25 mei 1945 diadakanlah upacara pembukaan BPUPKI di jalan pejambon. Hadir di dalam upacara pembukaan antara lain Jenderal Itagaki Panglima Tentara Wilayah ketujuh dan Letnan jenderal Yuichiro Nagano Panglima Tentara  keenam belas yang menguasai  pulai jawa dan madura . kemudian terbentuk  sebuah panitia kecil yang terdiri dari sembilan anggota, panitia kecil itu dikenal dengan nama panitia sembilan, Menurut pendapat Sagimun, MD (1989:261) Sebagai berikut: “Para anggota panitia sembilan itu adalah Ir. Sukarno,  Drs. Muhammad Hatta, Mr. Ahmad Subarjo, Mr.A.A Maramis, Abikusno Cokrosuyoso, Abdul Kahar Muzakkir, K.H. Wahid Hasyim, H.Agus Salim, dan Mr.Muhammad Yamin.
           
b.  Pelantikan anggota BPUPKI
BPUPKI (Dokuritsu junbi cosakai)  yang merupakan “Prapatatory  Committae for Indonesia Independence” dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Badan ini belum dapat menjalankan tugasnya karena belum dilantik secara resmi oleh pemerintahan pendudukan Jepang. Untuk kelancaran tugas BPUPKI, persiapan-persiapan dilakukan untuk pelaksanaan sidang badan penyelidik. Sebagai tempat persidangan ditetapkan di Gedung Volkskrood, yaitu suatu bangunan bergaya Yunani Romawi yang terletak di Pejamban. Hal ini sesuai dengan pendapat Indera Ridhwan Muhammad (1987:61) bahwa:
Setelah Gunseikan, upacara segara dimulai gunseikan sebagai kepala pemerintahan sipil di jawa menerima laporan tentang persiapan untuk menyelenggarakan sidang badan penyelidik. Laporan pertama dilakukan oleh ichi bangase wakil ketua (ketua muda), badan penyelidik dan anggota istimewa dilaporkan bahwa semua anggotanya telah siap untuk kepentingan persidangan badan penyelidik.

Mendirikan negara Indonesia berarti terlepas bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan yang hina selama lebih kurang 300 tahun di bawah pemerintahan Belanda dan mendirikan suatu negara pada tanah yang subur, yang telah bebas dan yang diwarisi turun-temurun dari nenek moyang untuk bangsa Indonesia. Berarti mendirikan suatu negara yang merdeka dihadapan musuh untuk memenuhi kewajiban sebagai negara yang berdasarkan budi pekerti yang luhur, sebagai suatu mata rantai dalam lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya.
Langkah konkrit pertama bagi terpenuhinya janji koiso tentang kemerdekaan Indonesia kelak dikemudian hari “. Maksud tujuannya ialah untuk mempelajari hal-hal yang penting yang berhubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, tata pemerintahan, dan lain-lainya yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan Negara Indonesia merdeka. Noto Susanto, Nugroho (1976) menyatakan bahwa :
Susunan pengurusnya terdiri dari sebuah Badan Perundingan dan Kantor Tata Usaha. Badan Perundingan terdiri dari seorang Kaico (ketua), 2 orang Fuku Kaico (ketua muda), 60 orang Lin (anggota), termasuk 4 orang golongan Cina dan golongan Arab serta seorang golongan peranakan Belanda. Pengangkatan diumumkan pada tanggal 29 April 1945 yang diangkat sebagai Kaico bukanlah Ir. Soekarno yang saat itu dikenal sebagai pemimpin utama, tetapi dr. K.R.T. Radjiman Widiodiningrat pengangkatan itu disetujui Ir. Soekarno yang menganggap bahwa kedudukan sebagai seorang anggota biasa dalam badan turun aktif di dalam diskusi-diskusi.

  Alasan-alasan BPUPKI menyelanggarakan indonesia merdeka, di katakan pada saat ini segenap bangsa indonesia 70 juta bunga bangsa, pemuda harapan bangsa, hampir semua rakyat menunggu hasil pekerjaan Dokuritsu junbi cosakai (BPUPKI) ingin melihat Indonesia  merdeka secepat-cepatnya. Menurut B.M.Diah (1983:170) bahwa :
Ir. Sukarno memberikan contoh alasan yang diterimanya dari beberapa anggota,antara lain mengatakan kita tidak kalah dengan negeri  yang sudah merdeka, seperti Saudia Arabia, Mesir, Irak, Afghanistan, Yaman dan sebagainya.Kemerdekaan menambah semangat perang,ada juga yang mengatakan kemerdekaan indonesia memperhebatkan perjuangan dan pembelaan. Ada juga yanag mengatakan Indonesia Merdeka untuk membinasakan musuh yang hendak menindas bangsa-bangsa asia dan mengatakan Indonesia harus merdeka karena itu adalah harapan umum rakyat, harapan seluruh penduduk Indonesia .
                                                                                                 
c.   Sidang  BPUPKI
Pada tanggal 28 Mei 1945 dimulailah upacara pembukaan sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) bertempat di Gedung Cuo Sangi In. Sidang berlangsung pada tanggal 1 Juni 1945, Mr. Muh. Yamin dan Ir. Soekarno mengucapkan pidato penting yanlg dianggap mengusulkan kelima dasar filsafat negara yang kemudian dikenal adalah sebagai Pancasila. Menurut pendapat Indra Ridhwan Muhammad (1987:73) bahwa“Pertama kali merumuskan Pancasila Mr. Muh. Yamin 29 Mei 1945 mengemukakan 5 azaz dan dasar negara kebangsaan Republik Indonesia adalah (a) perikebangsaan; (b) perikemanusiaan; (c) periketuhanan; (d) perikerakyatan; (e) kesejahteraan rakyat”.
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengucapkan pidatonya yang kemudian dikenal dengan nama lahirnya Pancasila. Materi Pancasila dikemukakannya. Menurut pendapat Noto Susanto, Nugroho (1976:17) adalah “(a) kebangsaan Indonesia; (b) internasionalisme atau perikemanusiaan; (c) mufakat atau demokrasi; (d) kesejahteraan sosial; (e) Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Kelima dasar itu atas petunjuk seorang teman ahli bahasa, oleh Ir. Soekarno dinamakan Pancasila. Sesudah sidang pertama itu, pada tanggal 22 Juni 1945, 9 anggota Dokuritsu Junbi Cosakai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzzakar, Wachid Hasyim, H. Agus Salim dan Abi Kusno Tjokro Suyoso telah membentuk suatu panitia kecil yang menghasilkan dokumen yang berisikan tujuan negara yang merdeka yang dikenal sebagai Piagam Jakarta. Jadi, kelima dasar di atas merupakan hasil akhir sidang pertama BPUPKI.
BPUPKI harus bekerja keras untuk mempersiapkan kemerdekaan indonesia  yang tidak lama lagi menjadi kenyataan sejarah. Menurut Sagimun, MD (1989:261)  menyatakan bahwa:” Atas dasar analisa dan perhitungan politik terutama para pemimpin perjuangan kemerdekaan indonesia tidak lama lagi,tentara jepang pasti akan kalah” Pada saat itu seluruh rakyat indonesia sudah harus siap, baik secara fisik maupun secara mental dan spritual untuk merebut dan  membela tanah serta mempertahankan kemerdekaan tanah air indonesia yang tercinta. BPUPKI bekerja keras mempersiapkan segala atribut negara indonesia, Merdeka yang mereka sangat dambahkan, terutama Dasar dan Falsafah Negara serta Undang-Undang Dasar atau konstitusinya.
Berdasarkan peryataan di atas, Badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan indonesia (BPUPKI)mempersiapkan semua alat-alat dan atribut negara menjelang kemerdekaan indonesia.

d. Rapat BPUPKI        
Sebelum Sidang pertama ditutup,pada tanggal 1 juni 1945  BPUPKI membentuk panitia kecil yang dikenal dengan nama panitia sembilan.Menurut pendapat  Sagimun, MD.(1989:259) sebagai berikut : 
Anggota-anggota panitiasembilan adalah Ir.sukarno, Drs.M.Hatta, Mr.Ahmad subarjo, Mr.A.A. Maramis, Abikusno cokrosuyoso, Abdul kahar muzakkir, K.H. wahid hasyim,H.Agus salim, dan Mr. Muhamad Yamin.Rapat panitia sembilan disusun dan merumuskan yang di kenal piagam jakarta atau jakarta charter yang berbunyi adalah 1. ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya 2. Dasar kemanusian yang adil dan beradab 3. Persatuan indonesia 4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Setelah panitia-panitia di bentuk, masing-masing panitia mulai mengadakan rapat sesuai bidang masing-masing pada tanggal 11 juli 1945 Didalam pelaksanaan rapat-rapat  panitia Perancang Undang – Undang Dasar. Menurut  pendapat  Indera Ridhwan Muhamad (1987:97) menyatakan bahwa:
Panitia perancang Undang-Undang Dasar membentuk panitia kecil yang beranggotaan (1) Soepomo sebagai Ketua (2). Subardjo sebagai anggota (3).Maramis sebagai anggota (4).Singgih sebagai anggota (5). Agus salim sebagai anggota  (6).Wongsonegoro sebagai anggota dan (7). Sukiman sebagai anggota.kewajiban panitia kecil ini adalah merancang Undang-Undang dengan memperhatikan pendapat- pendapat yang telah di majukan di rapat besar dan rapat Panitia perancang Undang-Undang Dasar. Didalam Rapat Undang-Undang Dasar,di ambil keputusan mengenai: a. Bentuk negara kesatuan b.terbentuk Jakarta charterc. Kepala Negara 1 Orang d.Nama Kepala Negara adalah presiden. Dalam pembentukan Rancangan Undang-Undang Dasar, telah disepakati bahwa Jakarta Charter atau Piagam Jakarta dijadikan  Preambule Undang-Undang Dasar bagi indonesia Merdeka                                                         
Pembukaaan UUD di susun M.Hatta, M.Yamin, Maramis,Muzakkir, Sukarno, Abikusno cokro suyoso,Wahid Hasyim, dan Agus salim. B. M. Diah (1983:176) menyatakan bahwa :
Sesungguhnya kemerdekaan itu  ialah hak segala bangsa dan oleh  sebab itu, maka penjajahan dunia harus di hapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusian dan peri gerbang keadilan perjuangan pergerakan kemerdekaan indonesia telah sampailah pada saat yang dengan selamat sentosa mengantarkan pintu indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat di simpulkan bahwa ini Rapat  BPUPKI untuk memerdekakan  rakyat Indonesia dan kesejahteraan seluruh bangsa indonesia serta mewujudkan negara indonesia mempunyai persatuan yang kuat.

B.  Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan skripsi ini antara lain hasil penelitian yang dilakukan Yeni Agustina (2011) bahwa :
Penggunaan model Pembelajaran  Talking stick dapat meningkatkan hasil  belajar dan minat belajar siswa. Hal ini ditunjukan dari hasil tes akhir hanya ada 3 orang yang belum mencapai KKM 60. Pada tes awal Siswa yang mendapat nilai ≥ 60 hanya 15 siswa atau 42 siswa dengan rata-rata kelas 5,72. Namun telah di adakan tes akhir siswa yang mendapat ≥ 60 sebanyak 32 siswa  atau 91%. siswa dengan sampel sebanyak 32 siswa atau 91%   dengan sampel 35 siswa  dengan rata-rata kelas tes akhir 7,32 dengan demikian kenaikan persentase pada tes akhir mencapai 42%.
                                       
Sedangkan hasil penelitian relevan yang dilakukan Dina marlina (2011:36) sebagai Berikut:
Dengan menggunakan model pembelajaran TalkingStick dapat meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini terbuktisetelah tes akhir memperoleh nilai ≥ 60 menjadi 35 siswa. Ini menunjukan bahwa tingkat pemahaman siswa naik dari 31 % menjadi 92%, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pada penggunaaan model pembelajaran.

C.      Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah suatu langkah-langkah yang dibuat seorang peneliti dalam menjalankan proses penelitian. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu program yang tersusun dalam melaksanakan penelitian, hal ini yang membuat kerangka berpikir sebagai berikut : 












                                                                              



D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah kebenaran sementara yang dilakukan oleh peneliti tetapi masih dibuktikan dites kebenaranya. Adapun hipotesis penelitian ini adalah “ada pengaruh pengggunaaan model pembelajaran Talking Stick terdapat hasil belajar materi taktik jepang membentuk BPUPKI  tahun 1945 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012”.


BAB III
METODE PENELITIAN


A.  Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Menurut Sukardi (2003:181), metode penelitian eksperimen merupakan metode dimana peneliti membagi objek atau subjek yang akan diteliti menjadi 2 grup, yaitu grup treatment yang memperoleh perlakuan dan grup kontrol yang tidak memperoleh perlakuan.Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain berbentuk pre-test dan pos-test desain kelompok kontrol eksperimen, karena penelitian ini bersifat membandingkan antara pembelajaran menggunakan talking stick sebagai kelompok eksperimen dengan tanpa menggunakan model pembelajaran talking stick sebagai kelompok kontrol. Desain penelitiannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Desain Pretest dan Postest Kelompok Acak
                 
Kelompok
Pretest
Perlakuan
(Variabel Bebas)
Postest
(Variabel Terikat)
Eksperimen
Y1
X
Y2
Kontrol
Y1
Z
Y2



Keterangan:
X    =     Pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Z     =     Pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran
Y1   =     Kedua kelompok tersebut di observasi dengan pre-test untuk mengetahui
              Awal Siswa
Y2   =     Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pos -                             test
Metode peneliti adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Menurut Arikunto (2006:126) “metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dalam pengumpulan data peneliti mengadakan eksprimen dengan mengajar dikelas-kelas yang menjadi sampel dengan perlakuan yang berbeda. Pada kelas pertama (eksprimen) selama proses pembelajaran menggunakan Model Talking Stick. Sedangkan pada kelas kedua (Kontrol) tanpa menggunakan Model Talking Stick
Arikunto (2006:96) mengemukakan bahwa “Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian atau suatu penelitian”. Variabel dalam penelitian ini adalah:
a)    Variabel bebas, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model talking stick yang dilambangkan dengan huruf X  
b)    Variabel terikat, yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton yang dilambangkan dengan huruf Y.

B.   Populasi dan Sampel
1. Populasi            
             Menurut Sugiyono (2010:61) Menjelaskan populasi adalah wilayah  generalisasi yang terdiri atas objek /subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
dibuat kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 B. Srikaton. Untuk lebih jelas mengenai jumlah populasi dari penelitian
Dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2
PopulasiPenelitian

NO

KELAS
JenisKelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
VIII 1
13
17
30
2
VIII 2
14
18
32
3
VIII 3
14
16
30
4
VIII 4
13
17
30
5
VIII 5
15
17
32
6
VIII 6
14
18
32

Jumlah
186
Sumber : TU SMP Negeri 1 B. Srikaton
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:109). Menurut Toha Anggoro (2007:87), “Tidak ada kesepakatan mengenai ukuran sampel yang digunakan”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel secara acak (sample random). Pada probabilitas yang sama untuk dipilih menjadi sampel, dimana kelas VIII 5 sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran talking stick dan kelas VIII 1 sebagai kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran talking stick.

Tabel 3.3
                       Sampel siswa  kelas VIII 1 SMP Negeri 1.B.Srikaton     

Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
VIII 1
13
17
30
VIII 5
15
17
32

Jumlah

62
Sumber : TU SMP Negeri 1 B. Srikaton
C.  Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2006:156), teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti mengambil data dalam penelitian, yang mana dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes.
Secara umum, tes diartikan sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek terhadap seperangkat konten atau materi tertentu. Menurut Arikunto (1997:123), “Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dalam penelitian ini, tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap materi Taktik Jepang membentuk BPUPKI Tahun 1945 setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran talking stick. Tes juga digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban
D.  Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan untuk menganalisis data berbentuk teknik statistik kuantitatif.

1)        Menentukan Skor  Rata-rata dan Simpangan baku
 Menentukan Skor Rata- Rata dan simpangan baku pada tes awal dan tes akhir,untukdata hasil belajar pada kelompok eksprimen maupun kelompok kelas kontrol dengan rumus :

                            
2)    Uji Normalitas          

Uji Normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Rumus yang digunakan adalah uji kecocokan  (chi kuadrat), yaitu:
        (Sudjana, 2002:145)
Keterangan:
   =   Nilai chi kuadrat
    =   Frekuensi hasil pengamatan
    =   Frekuensi hasil harapan
Selanjutnya hitung dibandingkan dengan tabel dengan derajat kebebasan , dimana J adalah banyaknya kelas interval  , maka dapat dinyatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal, Sugiyono (dalam Hesty, 2010:38).

3)    Uji Homogenitas
Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama, maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Uji statistik menggunakan uji varians (F) dengan rumus:


E.   Pertanggungjawaban Penelitian
Sebelum tes dilakukan, terlebih dahulu soal instrumen diuji coba. Uji coba tes dilakukan untuk mengetahui kualitas soal yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data. Tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, di antaranya validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
1)    Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki rendah, (Arikunto, 2006:168).
Dalam penelitian ini, uji ketepatan dilakukan dengan menggunakan metode Pearson Product Moment (PPM) dengan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2001:243) sebagai berikut.




Tabel 3.4
Hasil Analisis  Validitas
Tes Hasil Belajar Materi Pengaruh Model Talking Stick Terhadap Hasil Belajar
Siswa Materi Taktik Jepang Membentuk BPUPKI Tahun 1945 SMP Negeri B.Srikaton
Tahun Ajaran 2011/2012

NO
Nilai r
t hitung
t tabel
Keterangan
1
0,15
0,85
2,04
Validitassangatrendah
2
0,18
1,03
2,04
Validitassangatrendah
3
0,43
2,69
2,04
Validitassedang / cukup
4
0,47
3,01
2,04
Validitassedang / cukup
5
0,39
2,39
2,04
Validitasrendah
6
-0,13
0,16
2,04
Tidak valid
7
0,45
2,85
2,04
Validitassedang / cukup
8
0,60
4,24
2,04
Validitastingggi / baik
9
0,61
4,35
2,04
validitastinggi / baik
10
0,64
4,83
2,04
Validitastinggi / baik
11
0,39
0,06
2,04
Validitasrendah
12
0,52
3,44
2,04
Validitassedang / cukup
13
-0,05
0,16
2,04
Tidak valid
14
0,49
3,17
2,04
Validitassedang / cukup
15
0,52
3,44
2,04
Validitassedang / cukup
16
0,31
1,84
2,04
Validitasrendah
17
0,41
2,54
2,04
Validitassedang / cukup
18
0,41
2,54
2,04
Validitassedang / cukup
19
0,22
1,27
2,04
Validitasrendah
20
0,30
1,77
2,04
Validitasrendah

2)    Uji Reliabilitas Instrumen
            Realibitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu  instumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebur sudah baik (Arikunto, 2010 :221) Instrumen yang sudah dapat dipercaya  (reliabel) akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.
            Mengetahui reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus Alpha dikemukakan oleh Arikunto (2010:232) :                                   
Keterangan:
=  Reliabilitas instrumen
   =   Banyaknya soal
 = Skor Rata –Rata
Vt = Varians total
Koefisien reliabilitas dinyatakan dengan nilai  adalah 0,64 maka dapat dikatakan bahwa reliabilitas tinggi.
3)    Daya Pembeda
Daya Pembeda merupakan suatu indikator untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk menghitung Daya Pembeda dapat menggunakan rumus, yang dikemukakanArikunto (2006:76)yaitu:


Keterangan:
DP  =Indeks Daya Pembeda
     =Jumlah skor kelompok atas  
     =          Jumlah skor kelompok bawah
     =          Jumlah skor ideal salah satu kelompok atas (kelompok atas atau bawah)
Kasifikasi interprestasi untuk daya pembeda menurut Arikunto (2006:54) yaitu:
DP  ≤ 0,00             Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20   Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40  Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70   Baik
0,80  < DP ≤ 100  Sangat Baik
Adapun hasil perhitungan dari soal pilihan ganda sebanyak 20 soal maka dapat dikemukakan rekapitulasi, hasil analisis daya pembeda tes penguasaan materi taktik jepang membentuk BPUPKI  di SMP Negeri 1. B. Srikaton.
           







Tabel 3.5
Hasil Analisis Daya pembeda
No
Jumlah skor kelas atas
Jumlah skor kelas bawah
Jumlah skor kelas atas
Jumlah skor kelas bawah
Tingkat kesukaran
keterangan
1
12
9
17
17
0,17
Jelek
2
9
6
17
17
0,17
Jelek
3
12
5
17
17
0,41
Baik
4
13
5
17
17
0,47
Baik
5
10
6
17
17
0,23
Cukup
6
9
3
17
17
0,35
Cukup
7
10
6
17
17
0,23
Cukup
8
11
4
17
17
0,41
Baik
9
12
5
17
17
0,41
Baik
10
13
3
17
17
0,58
Baik
11
10
3
17
17
0,41
Baik
12
11
1
17
17
0,58
Baik
13
14
3
17
17
0,64
Baik
14
12
3
17
17
0,58
Baik
15
14
4
17
17
0,41
Baik
16
11
6
17
17
0,71
Baik
17
11
4
17
17
0,41
Baik
18
13
4
17
17
0,52
Baik
19
9
6
17
17
0,17
Jelek
20
13
9
17
17
0,23
Jelek





4)   Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Suatu butir soal,menunjukan apakah butir soal tersebut tergolong butir soal tersebut tergolong butir soal yang sukar,sedang atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2010:17) . Untuk keperluan penghitungan daya pembeda butir soal tersebut dibagi dua, Separuh kelompok atas dan separuh kelompok bawah.Untuk menghitung tingkat kesukaran butir soal, digunakan rumus yang dikemukakan karno To (dalam Sukasno,2006:79) sebagai berikut:
                  
Keterangan:
TK = Indeks tingkat kesukaran
 = Jumlah skor kelompok atas
 = Jumlah skor kelompok bawah
= Jumlah skor ideal kelompok
 = Jumlah skor ideal kelompok bawah
Dengan kriteria tingkat kesukaran sebagai berikut:
                                 TK    <    0,00     terlalu sukar
            0,00     <       TK    <    0,30     sukar
0,30     <       TK   <    0,70     sedang
            0,70     <       TK    <  1,00    mudah
                                                                 


Tabel 3.6
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran

No
Jumlah skor kelas atas
Jumlah skor kelas bawah
Jumlah skor kelas atas
Jumlah skor kelas bawah
Tingkat kesukaran
keterangan
1
12
9
17
17
0,61
Sedang
2
9
6
17
17
0,44
Sedang
3
12
5
17
17
0,5
Sukar
4
13
5
17
17
0,5
Sedang
5
10
6
17
17
0,52
Sedang
6
9
3
17
17
0,41
Sedang
7
10
6
17
17
0,35
Sedang
8
11
4
17
17
0,47
Sedang
9
12
5
17
17
0,44
Sukar
10
13
3
17
17
0,5
Sedang
11
10
3
17
17
0,47
Sedang
12
11
1
17
17
0,38
Sedang
13
14
3
17
17
0,47
Sedang
14
12
3
17
17
0,44
Sedang
15
14
4
17
17
0,52
Sedang
16
11
6
17
17
0,5
Sukar
17
11
4
17
17
0,44
Sedang
18
13
4
17
17
0,5
Sukar
19
9
6
17
17
0,44
Sedang
20
13
9
17
17
0,64
Sedang







Tabel 3.7
                                   Rekapitulasi nilai uji coba instrumen               


No

Validitas
Tingkat
Kesukaran
Daya Pembeda
Keterangan
1
0,15
Validitas sangat Rendah
0,61
Sedang
0,17
Jelek
Tidak Digunakan
2
0,18
Validitas Sangat Rendah
0,44
Sedang
0,17
Jelek
Tidak Digunakan
3
0,43
Validitas Sedang /Cukup
0,5
Sukar
0,41
Baik
Digunakan
4
0,47
Validitas Sedang/Cukup
0,52
Sedang
0,47
Baik
Digunakan
5
0,39
Validitas Rendah
0,41
Sedang
0,23
Cukup
Digunakan
6
- 0,13
Tidak Valid
0,35
Sedang
0,35
Cukup
Digunakan
7
0,45
Validitas Sedang/Cukup
0,47
Sedang
O,23
Cukup
Digunakan
8
0’60
Validitas Tinggi
0,44
Sedang
0,41
Baik
Digunakan
9
0,61
Validitas Tinggi
0,5
Sukar
0,41
Baik
Digunakan
10
0,64
Validitas Tinggi
0,47
Sedang
0,58
Baik
Digunakan
11
0,39
Validitas Rendah
0,38
Sedang
0,41
Baik
Digunakan
12
0,52
Validitas Sedang/ Cukup
0’35
Sedang
0,58
Baik
Digunakan
13
-0,05
Tidak Valid
0,47
Sedang
0,64
Baik
Digunakan
14
0,49
Validitas sedang /Cukup
0,44
Sedang
0,52
Baik
Digunakan
15
0,52
Validitas Sedang/ Cukup                    
0,52
Sedang
0,58
Baik
Digunakan
16
0,31
Validitas Rendah
0,5
Sukar
0,71
Baik
Digunakan
17
0,41
Validitas Sedang/ Cukup
0,44
Sedang
0,41
Baik
Digunakan
18
0,41
Validitas Sedang/Cukup
0,5
Sukar
0,52
Baik
Digunakan
19
0,22
Validitas Rendah
0,44
Sedang
0,17 
Jelek
TidakDigunakan
20
0,30
ValiditasRendah
0,64
Sedang
0,23
Cukup
Dgunakan



BAB IV                                                                                                             HASIL  PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil  Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 B. Srikaton dengan menggunakan  dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pelaksanaan penelitian Kelas eksprimen yaitu kelas VIII 5 dengan jumlah 32.  Sedangkan kelas kontrol yaitu kelas VIII 1 dengan jumlah 30.   Dalam  penelitian ini, peneliti mendapat data dengan menggunakan metode tes yaitu tes tertulis. Tes tertulis tersebut diberikan kepada kedua kelas sampel, yang dilakukan sebelum dan sesudah penelitian. Dimana proses pembelajaran kelas eksprimen (VIII 5) menggunakan  model pembelajaran  talking stick, sedangkan kelas kontrol (kelas VIII 1) Proses pembelajaran menggunakan model konvensional (ceramah). Pada pelaksanaan proses  pembelajaran ini, peneliti  bertindak sebagai guru (pengajar). Dari pelaksanaan penelitian tersebut dimulai dengan pemberian tes awal, melaksanakan proses pembelajaran, dan tes akhir. Karena kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran  materi taktik jepang membentuk BPUPKI tahun 1945. Sebelum dilaksanakan pembelajaran  tes akhir terlebih dahulu dilaksanakan pre-test, kemudian melaksanakan pembelajaran dan dilanjutkan pemberian post-test. Data tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas eksprimen dan kelas kontrol.
1.      Analisis Data Kemampuan Siswa
Text Box: 36Pelaksanaan penelitian  pre-test  yang dilakukan pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal  16 April sampai 26 Mei 2012 di SMP Negeri  B. Srikaton diikuti 32 orang siswa kelas eksprimen dan 30 0rang siswa kelas kontrol.

Pelaksanaan pre-test Bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi taktik jepang  Membentuk BPUPKI tahun 1945. 
a.      Rata () dan Simpanan Baku (s ) Skor Tes Awal
Hasil perhitungan  rata – rata ()  dan simpangan baku (s)  skor Kelas awal eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1dibawah ini.
Tabel 4.1
Rata-rata () dan Simpangan Baku (s) Skor Tes Awal
Kelas
Skor Rata – rata
Simpangan Baku
Kelas Eksperimen (Awal)

Kelas kontrol       (Awal )
58,96

55,55
13,85

14,33

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat  dilihat pada lampiran C halaman126 dan 128 bahwa skor rata-rata kelas eksperimen 55,96 dan skor kelas kontrol 55,55. Hal ini berarti  kemampuan awal siswa Antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang begitu yang besar.
b.      Rata-rata ( ) dan Simpangan Baku (s)Skor Tes Akhir
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi taktik jepang membentuk bpupki, merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan akhir diperoleh melalui post-test (tes akhir). Pelaksanaan  post-test (tes akhir) berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara berbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dari hasil perhitungan (terlampiran), dapat dikemukakan rekapitulasi hasil rata-rata dan simpangan baku dari hasil post- test yang dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Rata-rata ( ) dan Simpangan Baku (s) Skor Tes  Akhir
Kelas
Skor Rata – rata ()
Simpangan Baku (s)
Kelas eksperimen (akhir)

Kelas Kontrol (akhir)
79,16

63,55
12,17

13,41

Berdasarkan tabel 4.2 di atas,dapat dilihat pada lampiran C halaman127 dan 129  hasil post-test (tes akhir), dibandingkan  dengan kemampuan awal siswa (pre-test),terdapat peningkatan  setelah  mengikuti proses model pembelajaran pada tes awal dan tes akhir yang diberikan Pada siswa. Skor rata-rata tes awal kelas eksperimen adalah 55,96 Sedangkan skor rata-rata tes akhir adalah 79,16  hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 20,2. Skor rata-rata tes awal  pada kelas kontrol  adalah  55,55  Sedangkan skor rata-rata tes akhir kontrol adalah 63,55. Hal ini terjadi peningkatan rata-rata  sebesar 8. Jadi peningkatan rata-rata kelas eksperimen  lebih tinggi di bandingkan dengan peningkatan rata-rata pada kelas kontrol. Hal ini dapat di lihat dari lampiran C
2.      Pengujian Hipotesis
Dapat diKesimpulan  dari data post -test (tes akhir) maka dilakukan  pengujiaan hipotesis secara statistik, Adapun hipotesis dalam Penelitian adalah  “adanya pengaruh penggunaan model  pembelajaran talking stick terhadap hasil belajar materi taktik jepang membentuk  BPUPKI tahun 1945 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012”. Sebelum pengujian dilakukan terlebih dahulu diadakan uji normalitas dan uji homogenitas varians dari data tersebut.  Hipotesis statistik yang di uji dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Ho adalah  hasil belajar sejarah siswa menggunakan model pembelajaran talking stick  kurang dari satu atau sama dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Ha adalah hasil belajar sejarah siswa yang menggunakan model pembelajaran  talking stick lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika thitung lebih kecil untuk harga-harga t lainnya ditolak dengan taraf signifikan α = 0,05. Seperti yang telah pernah dibahas pada bab III, Sebelum pengujian tersebut, terlebih dahulu menguji normalitas selanjutnya diuji homogenitas varians antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, dan yang terakhir menguji kesamaan rata-rata.

a.      Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data tes siswa  Berdistribusi normal atau tidak . berdasarkan ketentuan perhitungan statistik  mengenal uji normalitas  data ( terlampirkan ) dengan taraf  Kepercayaan α = 0,05, jika  hitung < tabel, maka masing-masing data berdistribusi normal.
Hasil perhitungan uji normalitas tes awal dan tes akhir untuk kedua
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir
Kelas
Dk
Kesimpulan
Eksperimen




1.    Tes Awal
8,8511
32
11,070
Normal
2.    Tes Akhir
9,3162
32
11,070
Normal
Kontrol




1.    Tes Awal
5,5703
30
11,070
Normal
2.    Tes Akhir
9,5374
30
11,070
Normal
                                
Perhitungan<menggunakan rumus uji normalitas dapat dilihat lampiran C.

b.      Uji homogenitas
Pengujian homogenitas sampel, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
Varians kedua kelompok bersifat homogen atau tidak homogen. Hipotesis
Yang dilakukan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut :
Ho        : Sampel homogen
Ha        : Sampel tidak homogen

Kriteria Pengujian tolak  Ho jika <dengan taraf 5% dk1=(n1-1) dan dk = (n2 -1). Menurut hasil perhitungan analisis data   (lampiran C) tentang uji homogenitas varians tes awal dan tes akhir dapat di lihat tabel  dibawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Uji Homogenitas skor Tes Awal dan Tes akhir
Tes
Dk
Kesimpulan
Tes Awal
0,93
32:30
1,89
Homogen
Tes Akhir
0,82
32:30
1,89
Homogen

Pada tabel 4.4 menunjukan bahwa varians kedua kelompok pada tes
awal dan tes akhir adalah homogen,karena .

c.       Uji Kesamaan dua Rata-rata
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas dan uji homogenitas didapat Kedua kelompok data baik tas awal maupun tes akhir  adalah normal  dan homogen. Oleh karena itu, dapat dilakukan uji hipotesis, yaitu uji kesamaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada tabel berikut :    
                                Tabel 4.5
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes awal dan Tes Akhir

Tes
Dk
Kesimpulan
Tes Awal
0,95

62
1,67
Ho diterima
Tes Akhir
4,82
62
1,67
Ho ditolak
Pada Tabel 4.5  menunjukan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan awal siswa baik kelas eksperimen maupun kelas Kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama dengan taraf kepercayaan α =0,05  karena,  (0,95 < 1,67).
Setelah Pemberian model pembelajaran yang berbeda untuk kelas eksperimen dengan kelas kontrol terjadi adanya peningkatan skor. Peningkatan skor tersebut adalah hasil belajar siswa, Kelas eksperimen diberi proses pembelajaran  dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick,

sedangkan kelas kontrol diberi proses pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
Berdasarkan hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir menunjukan bahwa skor rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol pada taraf kepercayaan α = 0,05 karena,  yaitu   jika disimpulkan bahwa model pembelajaran Talking stick secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran  dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
B.     Pembahasan
Dari hasil analisis data tes awal  ( pre-test) dan  tes akhir (post-test)  dapat terdapat hasil belajar antara kelas eksperimen Kelas kontrol. Ini disebabkan karena perlakuan proses pembelajaran yang diberikan berbeda terhadap kedua sampel yaitu kelas eksperimen di ajarkan dengan menggunakan model pembelajaran talking stick  dan kelas kontrol diajar Menggunakan metode ceramah.  
Dari data tes terakhir terjadi peningkatan hasil belajar, Kelas awal eksperimen memperoleh rata-rata 55,96 dengan tes akhir eksperimen memperoleh  skor 79,16 rata-rata maka terjadi peningkatan nilai skor rata-rata sebesar 20,2. sedangkan pada kelas kontrol yang diajarkan menggunakan konvensional (ceramah), diperoleh rata-rata tes awal 55,55 dengan tes akhir  kontrol 63,55, maka terjadi peningkatan 8. Sehingga dapat  dikesimpulkan rata-rata hasil post-test kelas eksperimen menggunakan model talking stick lebih baik dari pada kelas kontrol.
Sudjana (2002:12)  “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, dimana tingkah laku sebagai hasil belajar pengetahuan yang luas, mencakup bidang koqnitif, efektif, dan Psikomotorik”. 
Dalam hal pre-tets dan post-test  yang dilakukan, hasil belajar yang dianalisis. Hasil belajar yang bersifat koqnitif siswa yang dilihat dari kemampuan siswa melalui test setelah penyajian materi taktik jepang membentuk Bpupki tahun 1945.
Model pembelajaran talking stick adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib memjawab dari pertanyaan guru. Menurut pendapat Fatimah, Siti, Sukardi dkk (2008:27) bahwa untuk menggunakan model pembelajaran talking stick perlu dipersiapkan langkah-langkah sebagai berikut :
1). Guru menyiapkan sebuah tongkat, 2). Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatankepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada buku peganganya atau buku paketnya, 3). Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya lalu guru menyuruh siswa menutup bukunya, 4). Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian dan menjawab pertanyaan  dari guru. 5). Guru memberikan kesimpulan 6). evaluasi 
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menggunakan model Pembelajaran  talking stick  diperlukan langkah-langkah yang tepat agar tujuan pembelajaran tercapai dan siswa dan merasa takut untuk menjawab pertanyaan karena guru sudah  membuat  suasana yang nyaman agar siswa bisa   dengan yang baik dan mendorongsiswauntuk berani mengemukakan pendapat.
Model pembelajaran talking stick dengan berbagai kegiatannya menyebankan proses pembelajaran ini lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, dalam pelaksanaan  pembelajaran ini guru terlebih dahulu memberikan pertanyaan,  di kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran talking stick hanya menggunakan metode ceramah pada  awal pembelajaran guru menjelaskan materi tanpa menggunakan alat peraga berupa tongkat. Selanjutnya guru memberikan  kesempatan pada siswa  untuk bertanya apa yang belum jelas dan belum dipahami. Dari penjelasan yang diberikan guru, guru menjelaskannya dan menjawabnya dari pertannyaan siswa serta memberikan kesampatan kepada siswa untuk saling bertanya sesama  siswa.
Penulis melihat adanya banyak kekurangan pada proses pembelajaran di kelas yang telah diajarkan yang hanya menggunakan metode ceramah atau tanpa menggunakan model talking stick terlihat kurang aktipnya siswa karena siswa hanya menerima materi yang diberikan guru dikelas, saat adanya proses belajar mengajar.
Sedangkan dikelas eksperimen yang menggunakan talking stick siswa sangat aktif dalam memahami pelajaran dikelas ini, karena pada dasarnya pengggunaan model  talking stick menitik beratkan sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran  yang telah diajarkan yang menggunakan alat beraga berupa tongkat dijalankan. Tingginya hasil belajar siswa dikelas eksperimen disebabkan oleh adanya perbedaan dalam proses pembelajaran pada kedua kelas tersebut, jika dikelas eksperimen siswa aktif dalam proses pembelajaran yang diberikan guru  maka dikelas kontrol siswa pasif dalam proses pembelajaran dikelas tersebut.
proses pembelajaran hasil tanya jawab  dengan siswa, dengan menggunakan model talking stick  yang mengajar dikelas, siswa sangat merasakan senang serta semangat belajar dalam proses belajar mengajar dikelas  dibandingkan dengan penjelasan guru  yang mengajar dikelas dengan metode ceramah.
Dengan menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,05, didapat (4,82 >1,67). Hasil ini menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti rata-rata skor kelas eksperimen secara signifikan dari rata-rata kelas kontrol. Dimana kedua kelas memilki kemampuan awal yang sama sebelum peneliti melakukan penelitian yang akan menggunakan perlakuan yang berbeda antara kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran  Talking  Stick, Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ adanya pengaruh penggunaan model Talking Stick terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran sejarah “ dapat diterima.


C.    Keterbatasan
Pelaksanaaan dikelas, pada pertemuan pertama pembelajaran dengan menerapkan Model pembelajaran talking stick mengalami kesulitan dan menemukan beberapa hambatan-hambatan. Adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan penyesuaikan terhadap model pembelajaran tersebut. Salah satu hambatannya adalah siswa masih merasa sukar untuk beradaptasi dan penemuan terhadap pengetahuan yang disajikan oleh guru dalam bentuk pilihan ganda. 
Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan maupun kelemahan , disisi lain keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini dapat menjadi sumber bagi peneliti yang akan datang. Adapun keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti.
1.      Kurangnya waktu yang diberikan guru dalam menerapkan atau memaparkan materi yang berjudul taktik jepang membentuk BPUPKI di SMP Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012. Keterbatasan itulah yang memebuat peneliti kurang dalam menjelaskan materi kepada siswa dikarenakan waktu yang diberikan oleh guru sangat terbatas bagi peneliti.
2.      Kurangnya waktu menerapkan model pembelajaran Talking Stick kepada siswa dikarena waktu yang diberikan sangat sedikit, sehingga model pembelajaran yang akan diterapkan tidak berjalan dengan baik. Peneliti menyadari banyak kelemahan dan keterbatasan dalam melaksanaan penelitian di SMP Negeri 1 B. Srikaton.




















BAB V                                                                                                   SIMPULAN DAN SARAN
A.           Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan secara umum bahwa model  Pembelajaran Talking Stick  terhadap hasil belajar siswa materi  taktik jepang membentuk BPUPKI tahun 1945 kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton.
Hal ini ditunjukan dari hasil uji-t  dengan perolehan  (4,82>1,67 ). yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.  Hasil belajar pada tes  kelas  awal  eksperimen rata-ratanya sebesar 58,96 dan tes pada kelas akhir eksperimen rata-ratanya sebesar 79,16 sedangkan pada tes kelas awal kontrol rata-ratanya sebesar 55,55 dan tes pada kelas akhir kontrol rata-ratanya sebesar 63,55 yang menunjukan ada pengaruh pembelajaran menggunakan model  pembelajaran  Talking Stick  mendapatkan hasil belajar yang lebih tinggi.
 Adanya perbedaan hasil belajar ini karena modal pembelajaran menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalm menguasai materi pembelajaraan guna mencapai prestasi yang maksimal.
B.            Saran
Adapun saran yang dapat penulis kemukakan berdasarkan pada hasil penelitian materi  kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton dalam memahami pengaruh model pembelajaran Talking Stick terhadap hasil belajar siswa materi  Taktik Jepang membentuk BPUPKI Tahun 1945 sebagai berikut:
1.      Bagi siswa, hendaknya siswa dalam proses  pembelajaran harus lebih aktif.
2.      Bagi guru, diharapkan dapat menerapkan model  pembelajaran talking stick sehingga model pembelajaran alternatif dalam meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar mata pelajaran siswa.
3.      Bagi sekolah, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi yang lebih baik.

                                                                                                   

















DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1995. Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi.  Bandung : Angkasa
Arikunto, Suharsimi. 1993. Metode Penelitian Administrasi.                      Bandung : CV. Alpabeta
Arikunto.  2001. Dasar-dasar Evaluasi Penelitian . Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung Rineka Cipta 
Diah B. M. 1983. Angkatan baru 45, Jakarta : PT. Masa Merdeka 
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar – Mengajar. Jakarta : Gramedia Widya Sarana
Hamalik. 2003. Proses Belajar – Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menentukan Proses Belajar- mengajar yang Kreatif dan efektif. Gorontalo : Bumi Aksara     
Kunandar. 2010. Guru Propesional Imlementasi Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP )          dan Sukses dalam sertifikasi guru. Jakarta : Rajawali Pers
Muhammad Ridhwan Indra. 1987. Peristiwa-Peristiwa disekitar Proklamasi     17-08-1945. Jakarta : Sinar Grafika             
Nugroho Noto Susanto. 1976. Sejarah Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Poerwadarminta, WJS. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Sagimun, md. 1989. Peranan Pemuda dari Sumpah Pemuda Proklamasi. Jakarta : PT. Bina Aksara
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta : PT. Kencana
Siti Fatimah, Sukardi,dkk. 2008. Pendidikan dan latihan profesi guru.    Palembang : Universitas Sriwijaya

Slamento. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sri. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sukmadinata, Nana. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Suparman. 2010. Gaya yang menyenangkan Siswa. Yogyakarta: Pinus

No comments:

Post a Comment