BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diera globalisasi, telah
terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan Tehonologi (IPTEK ). Sehingga manusia dituntut untuk mampu
bersaing dengan manusia yang lain. Salah satunya adalah melalui pendidikan yang perlu
ditunjang oleh kinerja pendidikan yang bermutu tinggi dan berkualitas. Pendidikan
adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta
didik menjadi aktif. Hal ini sesuai dengan definisi menurut Sukmadinata (2008:
25) sebagai
berikut:
Perbuatan mendidik
diarahkan pada pencapian tujuan-tujuan
tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut
kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan
pekerjaan atau ketiga-tiganya peserta didik, masyarakat dan pekerjaan
sekaligus. Proses pendidikan terarah pada peningkatan
penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, guru yang memiliki strategi pembelajaran untuk menghindari kurangnya minat
belajar terhadap pelajaran sejarah yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Menurut Hamzah (2007:2) “Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan
dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami
pembelajaran,pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasai diakhir kegiatan
belajar”.
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama
guru. Menurut Suparman (2010:22) “Guru berperan sebagai fasilisator anak didik
dalam proses pencarian nilai-nilai atau pengetahuan khususnya yang berkaitan
dengan kehidupan dan lingkungan sekitarnya”. Untuk itu sebagai seorang guru
harus mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat membangun kreativitas
peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan. Menurut Kunandar (2010:10) bahwa:
Pendidikan
bertujuan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) peserta didik dengan
cara untuk meningkatkan kualitas diri manusia melalui proses pembelajaran. Maka
meningkatkan kualitas peserta didik, guru sebagai tenaga pendidik mempunyai
tujuan utama untuk menciptakan prestasi belajar yang optimal yaitu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, dapat menarik siswa serta memotivasi siswa
untuk siswa-siswi dapat belajar dengan baik dan semangat. Suasana belajar yang
menyenangkan selalu akan berdampak positif bagi semua siswa. Prestasi siswa
dalam belajar merupakan indikasi perubahan-perubahan siswa setelah mengalami
proses belajar-mengajar. Dari prestasi inilah dapat dilihat keberhasilan siswa
dalam memahami suatu materi pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran di dalam belajar-mengajar merupakan kegiatan yang
sangat penting. Berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian suatu pengajaran
belajar-mengajar di sekolah banyak tergantung pada situasi belajar-mengajar di
dalam kelas. Permasalahan yang ada adalah tidak adanya keaktifan siswa di dalam
mengikuti belajar-mengajar khususnya pada mata pembelajaran sejarah. Siswa
hanya sekedar mengikuti pelajaran sejarah yang diajarkan guru di dalam kelas.
Strategi
pembelajaran adalah merupakan ilmu yang digunakan oleh seorang guru dalam
keseluruhan proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, W. Gulo (2002:2) mengemukakan
“Strategi dalam kegiatan belajar-mengajar adalah seni atau ilmu untuk
membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien”.
Menurut pendapat di atas dapat diambil pengertiannya bahwa model
pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi dari pengajar atau instruktur kepada peserta pelajar menciptakan
kualitas dalam belajarnya.
Berdasarkan studi pendahuluan yang pernah dilakukan penulis di SMP Negeri
1 B. Srikaton di dalam proses belajar-mengajar guru masih menggunakan
pembelajaran yang bersifat konvensional, dimana pembelajaran tersebut pada guru
artinya guru sebagai sumber utama dalam proses pembelajaran dengan metode
ceramah sebagai metode utama.
Dengan metode ini kondisi pembelajaran yang demikian akan berdampak pada
hasil belajar IPS Terpadu yang
diharapkan yaitu rata-rata masih tergolong rendah atau belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 1 B. Srikaton. Dari 62 siswa yang
mendapatkan nilai KKM hanya 28 siswa mampu
mencapai KKM yang telah ditetapkan selebihnya
belum tuntas. Adapun KKM di SMP
Negeri 1 B. Srikaton yaitu 75. Hal ini perlu penanganan
yang serius demi tercapainya hasil belajar yang maksimal untuk mata pelajaran IPS Terpadu di SMP
Negeri 1 B. Srikaton. Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut,
maka dari itu model pembelajaran talking stick dianggap
penulis dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses
belajar-mengajar. Menurut
Fatimah, Sukardi, dkk. (2008:8)
menyatakan bahwa “Model
pembelajaran talking stick adalah
model pembelajaran yang bersifat kooperatif. Alat penunjuk giliran siswa yang
mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus dijawab”.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Hail Belajar
Materi Taktik Jepang Membentuk BPUPKI Tahun 1945 pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 B. Srikaton Tahun Ajaran
2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah “Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajarantalking stick terhadap hasil belajar
materi taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945 pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran
2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh diterapkannya model pembelajaran talking stick terhadap hasil belajar
materi taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945 di kelas VIII SMP Negeri 1 B.
Srikaton tahun Ajaran
2011/2012.
D. Ruang Lingkup
Penelitian
Mengingat luasnya permasalahan yang tercakup dalam penelitian ini, juga
terbatas dana, waktu dan kemampuan penulis, maka ruang lingkup penelitian yang
akan dibahas yaitu:
a. Penelitian
ini dilaksanakan pada kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012
b. Materi
yang dipilih yaitu taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945
c. Hasil
belajar yang dimaksud adalah kemampuan kognitif siswa yang diperoleh mengikuti
pembelajaran melalui tes setelah penyajian pokok bahasan.
d.
Peneliti dilaksanakan pada kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012.
e.
Kelas VIII 1
sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Talking Stick sedangkan kelas VIII 5 Sebagai kelas kontrol menggunakan
model pembelajaran ceramah bervariasi.
E. Manfaat Penelitian
Setelah hasil penelitian ini didapatkan, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat:
a. Bagi
guru
Untuk
mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sejarah tentang materi
Taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945 sehingga siswa dapat mendapatkan
hasil di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
b. Bagi
siswa
Sebagai
motivasi meningkatkan hasil belajar dalam memahami materi taktik Jepang
membentuk BPUPKI tahun 1945.
c. Bagi
sekolah
Meningkatkan mutu dan kualitas
pembelajaran sejarah pada materi Taktik Jepang membentuk BPUPKI tahun 1945.
d. Bagi
lembaga
Sebagai
sumbangan dan pemikiran serta wawasan sejarah pembangunan mutu pendidikan bagi
program sejarah di STKIP-PGRI Lubklinggau.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang beda-beda, maka diperlukan adanya
penegasan-penegasan istilah-istilah yang meliputi:
a. Pengaruh
adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu orang atau benda yang ikut
membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang
b. Model
pembelajaran Talking Stick adalah
termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini
dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya
c. Hasil
belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian
Pengaruh
Poerwadarminta (1996:53) ”Pengaruh adalah daya yang
ada atau timbul dari sesuatu (orang atau bendanya) yang berkuasa atau
berkekuatan (gaib)”. Menurut Muhammad Ali (1992:80) ”Pengaruh adalah yang ada atau timbul dari
suatu arah atau benda” Sedangkan menurut
pendapat Chulsum dan Novia dalam Fatmawati (2006:6) “Pengaruh adalah daya yang
timbul dari sesuatu, orang, benda, yang ikut membentuk
watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang dan sebagainya.
”Dari pendapat
ketiga di atas dapat di simpulkan bahwa pengaruh adalah daya yang mempunyai
kegiatan atau ghaib”.
2.
Pengertian Belajar
Slamento (2010:2) “belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perbaikan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan. sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
lingkungannya”. Menurut, Dimyati dan Mudjiono, dalam Piaget (2002:13)
menyatakan” proses belajar terjadi karena adanya pengetahuan dibentuk
oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkungan, dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek
semakin berkembang’. Sedangkan menurut
Hamalik (2003:36)” belajar adalah :
Suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan dan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, serta nilai sikap. Belajar juga dapat diartikan suatu usaha yang
dilakukan seorang memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan hasil
dari interaksi dengan oleh
lingkungannya, upaya untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan
kepandaian mencari dan mendapat ilmu.
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, dapat diambil
pengertiannya bahwa belajar adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
memperoleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungan menyangkut, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
.
3.
Hasil Belajar
Setiap kegiatan
belajar yang dilakukan siswa merupakan hasil perubahan tingkahdan hasil dari suatu interaksi tindak
belajardan tindak mengaja laku siswa perubahan ini dilakukan koqnitif, efektif
dan psikomotorik. Hal ini berdasarkan pendapat menurut Sudjana (2002:12)” Hasil
belajar siswa adalah perubahan tingkah laku,dimana tingkah laku sebagai hasil
belajar yang dalam pengetahuan yang luas,mencakup bidang Koqnitif, efektif, dan psikomotorik”.
Setiap orang yang melakukan suatu kegiatan belajar akan selalu ingin mengetahui
hasil belajar dari kegiatan yang dilakukannya,orang yang melakukan kegiatan
tersebut,berkeinginan mengetahui baik atau buruknya kegiatan yang dilakukannya. Dimyati (2006:189)
mengemukakan bahwa:
Siswa dan guru merupakan orang orang yang terlibat dalam
kegiatan hasil belajar tentu mereka juga berkeinginan mengetahui proses dan
hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk menyediahkan informasi tentang
baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran maka seorang guru
harus menyelenggarakan kegiatan evaluasi hasil belajar
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa hasil adalah
suatu proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya serta informasi hasil baik buruknya suatu kegiatan
pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, tidak siswa terlepas dari pendekatan yang dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar yang diperoleh dalam belajar. Menurut Slamento dalam Hesty,( 2010:11) bahwa;
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu faktor internal (dari dalam siswa) dan faktor eksternal (dari luar) faktor-faktor tersebut
terdiri dari : 1.Faktor internal (faktor dari dalam siswa) a.faktor kesehatan
jasmani b.faktor intelegensi siswa c.faktor sikap siswa d. Faktor bakat siswa
e. faktor motivasi siswa. 2. Faktor eksternal (dari luar diri)
a. Faktor lingkungan sosial (sosial dan keluarga) b.faktor non sosial
(sarana dan prasarana sekolah, keadaan cuaca, waktu
belajar)
Berdasarkan
pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan seseorang siswa tidak bisa
terlepas dari faktor yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan tersebut, karena dari kedua faktor tersebut ikut serta dalam
membentuk pribadi individu seseorang siswa yang selalu ingin mencapai hasil
yang lebih baik,sehingga akan merubah cara berpikir dan menghasilkan pekerjaan yang
baik.
4.
Model Pembelajaran Talking stick
Model
pembelajaran talking stick salah satu
model pembelajaran yang kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan
bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari
guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Menurut pendapat Dahlan
(2000:120) bahwa:
Model pembelajaran talking stick menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran
siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus dijawab. Kemudian
secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lain secara
bergiliran, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan
pertanyaan.
Sedangkan menurut pendapat dari Sudjana
(2001:10) yang menyatakan bahwa:
Model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan alat
berupa tongkat sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajukan pertanyaan kepada
siswa dengan menimbulkan suasana yang menyenangkan. Tongkat tersebut digilirkan
pada siswa dan bagi siswa mendapatkan tongkat sesuai dengan aba-aba dari guru,
maka siswa diberi pertanyaan oleh guru dan harus dijawab.
Dari dua
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran talking stick adalah tongkat sebagai
alat bantu guru estafet secara bergiliran yang harus menjawab mendapat
pertanyaan guru. Setelah menjelaskan pengertian model pembelajaran tersebut,
tentu model pembelajaran talking stick mempunyai langkah-langkahnya. Menurut
Fatimah, Siti, Sukardi, dkk (2008:27) sebagai berikut.
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat, 2) guru
menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada buku pegangannya atau
buku paketnya; 3) setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, lalu
menyuruh siswa menutup bukunya; 4) guru mengambil tongkat dan memberikan kepada
siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru; 5) guru memberikan
kesimpulan dan; 6) evaluasi; 7) kesimpulan.
Di
Dalam model pembelajaran Talking Stick, model ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan model ini adalah menguji kesiapan siswa, melatih,
membaca dan memahami dengan cepat, agar lebih giat belajar. Sedangkan
kekurangan model ini adalah membuat siswa merasa senak jantung.
5. Materi Taktik
Jepang Membentuk BPUPKI Tahun 1945
a. Terbentuknya BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai)
Dalam Buku Noto Susanto, Nugroho, (1976:15 ) menyatakan
bahwa:
Pada tanggal 1
September 1944 didalam Sidang Istimewa Teikoku Gikai (Parlemen Jepang) ke-85 di
Tokyo, Perdana Menteri Koiso (pengganti Perdana Menteri Tojo) mengumumkan
tentang pendirian pemerintah Kemaharajaan Jepang, bahwa daerah Hindia Timur
(Indonesia) diperkenankan merdeka kelak dikemudian hari, Apa yang menyebabkan dikeluarkannya
pernyataan tersebut adalah karena semakin terjepitnya angkatan perang
Jepang.Dewan Sanyo dibentuk sebagai persiapan untuk menjadi Dewan Menteri kelak
dalam Indonesia merdeka (Januari 1945). Panitia Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia diadakan tugasnya menyiapkan rencana Undang-undang
Dasar bagi Indonesia kelak.
Sedangkan menurut pendapat Indra Ridhwan Muhammad (1987:58)
bahwa:
Pembentukan badan ini bermaksud
menyelenggarakan pemeriksaan dasar tentang hal-hal yang penting. Rancangan-rancangan dan penyelidikan-penyelidikan yang berhubungan dengan usaha
mendirikan indonesia merdeka yang baru.jika suatu bangsa meneguhkan dasar
kemerdekaannya,maka mempunyai keyakinan diri untuk sanggup membela negara
sendiri dan juga mempunyai kekuatan yang nyata sebagai bangsa”
Menurut pendapat
diatas,dapat di simpulkan ucapan Gunseikan
tersebut dititik beratkan pada perhatian indonesia, kesiapan bangsa Indonesia untuk
mempersiapkan kemerdekaan indonesia dan membantu jepang dalam perang pasifik. Setelah Keadaan tentara
jepang semakin kritis, kekalahan tentara jepang tinggal menunggu waktu,
disebutkan oleh Sagimun, MD (1989:259) bahwa:
Didalam kritis itulah Saikoshikian
( Panglima tentara jepang) yakni kumacikiharada
Mengumumkan tentang pembentukan badan yang terkenal dengan nama “Dukuritsu junbi cosakai” atau disebut
juga Badan penyelidik Usaha-usaha
persiapan kemerdekaan indonesia (BPUPKI). Pembentukan
badan ini merupakan perujudan janji
kemerdekaan pemerintah Dai Nippon kepada bangsa indonesia. Pengakatan pengurus
dan angota-anggota BPUPKI
pada tanggal 29 April 1945 bertepatan” Tentyyosetsu”
yakni Hari Ulang Tahun Tenno Heika, kaisar
jepang”.
Pada tanggal 25
mei 1945 diadakanlah upacara pembukaan BPUPKI di jalan pejambon. Hadir di dalam upacara
pembukaan antara lain Jenderal Itagaki Panglima Tentara Wilayah ketujuh dan
Letnan jenderal Yuichiro Nagano Panglima Tentara keenam belas yang menguasai pulai jawa dan madura . kemudian terbentuk sebuah panitia kecil yang terdiri dari
sembilan anggota, panitia kecil itu dikenal dengan nama panitia sembilan,
Menurut pendapat Sagimun, MD (1989:261) Sebagai berikut: “Para anggota panitia
sembilan itu adalah Ir. Sukarno, Drs. Muhammad
Hatta, Mr. Ahmad Subarjo, Mr.A.A Maramis, Abikusno Cokrosuyoso, Abdul Kahar
Muzakkir, K.H. Wahid Hasyim, H.Agus Salim, dan Mr.Muhammad Yamin.
b. Pelantikan anggota BPUPKI
BPUPKI
(Dokuritsu junbi cosakai) yang merupakan
“Prapatatory Committae for Indonesia
Independence”
dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Badan ini belum dapat menjalankan tugasnya
karena belum dilantik secara resmi oleh pemerintahan pendudukan Jepang. Untuk
kelancaran tugas BPUPKI, persiapan-persiapan dilakukan untuk pelaksanaan sidang
badan penyelidik. Sebagai tempat persidangan ditetapkan di Gedung Volkskrood, yaitu suatu bangunan bergaya
Yunani Romawi yang terletak di Pejamban. Hal ini sesuai dengan pendapat Indera
Ridhwan Muhammad (1987:61) bahwa:
Setelah Gunseikan, upacara segara dimulai
gunseikan sebagai kepala pemerintahan sipil di jawa menerima laporan tentang
persiapan untuk menyelenggarakan sidang badan penyelidik. Laporan pertama
dilakukan oleh ichi bangase wakil ketua (ketua muda), badan penyelidik dan
anggota istimewa dilaporkan bahwa semua anggotanya telah siap untuk kepentingan
persidangan badan penyelidik.
Mendirikan
negara Indonesia berarti terlepas bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan
yang hina selama lebih kurang 300 tahun di bawah pemerintahan Belanda dan
mendirikan suatu negara pada tanah yang subur, yang telah bebas dan yang diwarisi
turun-temurun dari nenek moyang untuk bangsa Indonesia. Berarti mendirikan
suatu negara yang merdeka dihadapan musuh untuk memenuhi kewajiban sebagai
negara yang berdasarkan budi pekerti yang luhur, sebagai suatu mata rantai
dalam lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya.
Langkah konkrit
pertama bagi terpenuhinya janji koiso tentang kemerdekaan Indonesia kelak
dikemudian hari “. Maksud tujuannya ialah untuk mempelajari hal-hal yang
penting yang berhubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, tata pemerintahan,
dan lain-lainya yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan Negara Indonesia
merdeka. Noto Susanto, Nugroho (1976) menyatakan bahwa :
Susunan pengurusnya terdiri dari sebuah Badan
Perundingan dan Kantor Tata Usaha. Badan Perundingan terdiri dari seorang Kaico (ketua), 2 orang Fuku Kaico (ketua muda), 60 orang Lin (anggota), termasuk 4 orang golongan Cina dan golongan Arab
serta seorang golongan peranakan Belanda. Pengangkatan diumumkan pada tanggal
29 April 1945 yang diangkat sebagai Kaico
bukanlah Ir. Soekarno yang saat itu dikenal sebagai pemimpin utama, tetapi dr. K.R.T. Radjiman Widiodiningrat
pengangkatan itu disetujui Ir. Soekarno yang menganggap bahwa kedudukan sebagai
seorang anggota biasa dalam badan
turun aktif di dalam diskusi-diskusi.
Alasan-alasan BPUPKI menyelanggarakan
indonesia merdeka, di katakan pada saat ini segenap bangsa indonesia 70 juta
bunga bangsa, pemuda harapan bangsa, hampir semua rakyat menunggu
hasil pekerjaan Dokuritsu junbi cosakai
(BPUPKI) ingin
melihat Indonesia merdeka
secepat-cepatnya. Menurut B.M.Diah (1983:170) bahwa :
Ir. Sukarno memberikan contoh alasan yang diterimanya
dari beberapa anggota,antara lain mengatakan kita tidak kalah dengan
negeri yang sudah merdeka, seperti
Saudia Arabia, Mesir, Irak, Afghanistan, Yaman dan sebagainya.Kemerdekaan
menambah semangat perang,ada juga yang mengatakan kemerdekaan indonesia
memperhebatkan perjuangan dan pembelaan. Ada juga yanag mengatakan Indonesia
Merdeka untuk membinasakan musuh yang hendak menindas bangsa-bangsa asia dan mengatakan Indonesia harus
merdeka karena itu adalah harapan umum rakyat, harapan seluruh penduduk
Indonesia .
c. Sidang BPUPKI
Pada tanggal 28
Mei 1945 dimulailah upacara pembukaan sidang pertama Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) bertempat di Gedung Cuo Sangi In.
Sidang berlangsung pada tanggal 1 Juni 1945, Mr. Muh. Yamin dan Ir. Soekarno
mengucapkan pidato penting yanlg dianggap mengusulkan kelima dasar filsafat
negara yang kemudian dikenal adalah sebagai Pancasila. Menurut pendapat
Indra Ridhwan
Muhammad (1987:73) bahwa“Pertama kali merumuskan
Pancasila Mr. Muh. Yamin 29 Mei 1945 mengemukakan 5 azaz dan dasar negara
kebangsaan Republik Indonesia adalah (a) perikebangsaan; (b) perikemanusiaan;
(c) periketuhanan; (d) perikerakyatan; (e) kesejahteraan rakyat”.
Pada tanggal 1
Juni 1945 Ir. Soekarno mengucapkan pidatonya yang kemudian dikenal dengan nama
lahirnya Pancasila. Materi Pancasila dikemukakannya. Menurut pendapat Noto Susanto, Nugroho (1976:17) adalah
“(a) kebangsaan
Indonesia; (b) internasionalisme atau perikemanusiaan; (c) mufakat atau
demokrasi; (d) kesejahteraan sosial; (e) Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Kelima dasar itu atas
petunjuk seorang teman ahli bahasa, oleh Ir. Soekarno dinamakan Pancasila. Sesudah
sidang pertama itu, pada tanggal 22 Juni 1945, 9 anggota Dokuritsu Junbi
Cosakai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. Ahmad
Soebardjo, Mr. A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzzakar, Wachid Hasyim, H. Agus Salim
dan Abi Kusno Tjokro Suyoso telah membentuk suatu panitia kecil yang
menghasilkan dokumen yang berisikan tujuan negara yang merdeka yang dikenal
sebagai Piagam Jakarta. Jadi, kelima dasar di atas merupakan hasil akhir sidang
pertama BPUPKI.
BPUPKI harus
bekerja keras untuk mempersiapkan kemerdekaan indonesia yang tidak lama lagi menjadi kenyataan
sejarah. Menurut Sagimun, MD (1989:261)
menyatakan bahwa:” Atas dasar analisa dan perhitungan politik terutama
para pemimpin perjuangan kemerdekaan indonesia tidak lama lagi,tentara jepang
pasti akan kalah” Pada saat itu seluruh rakyat indonesia sudah harus
siap, baik
secara fisik maupun secara mental dan spritual untuk merebut dan membela tanah serta mempertahankan
kemerdekaan tanah air indonesia yang tercinta. BPUPKI bekerja keras mempersiapkan
segala atribut negara indonesia, Merdeka yang mereka sangat dambahkan, terutama
Dasar dan Falsafah Negara serta Undang-Undang Dasar atau konstitusinya.
Berdasarkan
peryataan di atas, Badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan indonesia (BPUPKI)mempersiapkan
semua alat-alat dan atribut negara menjelang kemerdekaan indonesia.
d. Rapat BPUPKI
Sebelum Sidang pertama ditutup,pada tanggal 1 juni 1945 BPUPKI membentuk panitia kecil yang dikenal
dengan nama panitia sembilan.Menurut pendapat
Sagimun, MD.(1989:259) sebagai berikut :
Anggota-anggota panitiasembilan adalah Ir.sukarno,
Drs.M.Hatta, Mr.Ahmad subarjo, Mr.A.A. Maramis, Abikusno cokrosuyoso, Abdul
kahar muzakkir, K.H. wahid hasyim,H.Agus salim, dan Mr. Muhamad Yamin.Rapat panitia sembilan disusun
dan merumuskan yang di kenal piagam jakarta atau jakarta charter yang berbunyi
adalah 1.
ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya 2. Dasar kemanusian yang adil
dan beradab 3. Persatuan indonesia 4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Setelah
panitia-panitia di bentuk, masing-masing panitia mulai mengadakan rapat sesuai
bidang masing-masing pada tanggal 11 juli 1945 Didalam pelaksanaan
rapat-rapat panitia Perancang Undang –
Undang Dasar. Menurut pendapat Indera Ridhwan Muhamad (1987:97) menyatakan
bahwa:
Panitia perancang Undang-Undang Dasar
membentuk panitia kecil yang beranggotaan (1) Soepomo
sebagai Ketua (2). Subardjo sebagai anggota (3).Maramis sebagai anggota
(4).Singgih sebagai anggota (5). Agus
salim sebagai anggota (6).Wongsonegoro
sebagai anggota dan (7). Sukiman sebagai anggota.kewajiban panitia kecil ini
adalah merancang Undang-Undang dengan memperhatikan pendapat- pendapat yang telah di majukan di rapat
besar dan rapat Panitia perancang Undang-Undang Dasar. Didalam Rapat Undang-Undang
Dasar,di ambil keputusan mengenai: a. Bentuk negara kesatuan b.terbentuk
Jakarta charterc. Kepala Negara 1 Orang d.Nama Kepala Negara adalah presiden. Dalam pembentukan Rancangan Undang-Undang
Dasar, telah disepakati bahwa Jakarta Charter atau Piagam Jakarta
dijadikan Preambule Undang-Undang Dasar
bagi indonesia Merdeka
Pembukaaan UUD
di susun M.Hatta, M.Yamin, Maramis,Muzakkir, Sukarno, Abikusno cokro suyoso,Wahid
Hasyim, dan Agus salim. B. M. Diah (1983:176) menyatakan bahwa :
Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan dunia harus di hapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusian dan peri gerbang keadilan perjuangan pergerakan kemerdekaan
indonesia telah sampailah pada saat yang dengan selamat sentosa mengantarkan
pintu indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, dapat di simpulkan bahwa ini Rapat BPUPKI untuk memerdekakan rakyat Indonesia dan kesejahteraan seluruh
bangsa indonesia serta mewujudkan negara indonesia mempunyai persatuan
yang kuat.
B. Hasil Penelitian
Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang
relevan dengan skripsi ini antara lain hasil penelitian yang dilakukan Yeni Agustina (2011) bahwa :
Penggunaan
model Pembelajaran Talking
stick dapat meningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa. Hal ini ditunjukan dari hasil tes akhir hanya ada 3 orang yang
belum mencapai KKM 60. Pada tes awal Siswa yang mendapat nilai ≥ 60
hanya 15 siswa atau 42 siswa dengan rata-rata kelas 5,72. Namun telah di adakan
tes akhir siswa yang mendapat ≥ 60 sebanyak 32 siswa atau 91%. siswa dengan sampel sebanyak 32 siswa
atau 91% dengan sampel 35 siswa dengan rata-rata kelas tes akhir 7,32 dengan
demikian kenaikan persentase pada tes akhir mencapai 42%.
Sedangkan
hasil penelitian relevan yang dilakukan Dina marlina (2011:36) sebagai Berikut:
Dengan
menggunakan model pembelajaran TalkingStick
dapat meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini terbuktisetelah tes akhir
memperoleh nilai ≥ 60 menjadi 35 siswa. Ini menunjukan bahwa tingkat pemahaman
siswa naik dari 31 % menjadi 92%, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pada penggunaaan model pembelajaran.
C.
Kerangka
Berpikir
Kerangka berpikir adalah suatu
langkah-langkah yang dibuat seorang
peneliti dalam menjalankan proses penelitian. Dalam suatu
penelitian diperlukan suatu program yang tersusun dalam melaksanakan
penelitian, hal ini yang membuat kerangka berpikir sebagai berikut :
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah kebenaran sementara yang dilakukan oleh peneliti tetapi
masih dibuktikan dites kebenaranya. Adapun hipotesis penelitian ini adalah “ada
pengaruh pengggunaaan model pembelajaran Talking
Stick terdapat hasil belajar materi taktik jepang membentuk BPUPKI tahun 1945 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1
B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan
Penelitian
Rancangan penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode eksperimen murni. Menurut Sukardi (2003:181), metode
penelitian eksperimen merupakan metode dimana peneliti membagi objek atau
subjek yang akan diteliti menjadi 2 grup, yaitu grup treatment yang memperoleh
perlakuan dan grup kontrol yang tidak memperoleh perlakuan.Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan desain berbentuk pre-test dan pos-test desain kelompok
kontrol eksperimen, karena penelitian ini bersifat membandingkan antara
pembelajaran menggunakan talking stick sebagai kelompok eksperimen dengan tanpa
menggunakan model pembelajaran talking
stick sebagai kelompok kontrol. Desain penelitiannya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Desain Pretest dan Postest
Kelompok Acak
Kelompok
|
Pretest
|
Perlakuan
(Variabel Bebas)
|
Postest
(Variabel Terikat)
|
Eksperimen
|
Y1
|
X
|
Y2
|
Kontrol
|
Y1
|
Z
|
Y2
|
Keterangan:
X = Pembelajaran
menggunakan model pembelajaran
Z = Pembelajaran
tanpa menggunakan model pembelajaran
Y1 = Kedua
kelompok tersebut di observasi dengan pre-test untuk mengetahui
Awal Siswa
Y2 = Tes
akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pos - test
Metode peneliti adalah
cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya. Menurut Arikunto (2006:126) “metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dalam pengumpulan data
peneliti mengadakan eksprimen dengan mengajar dikelas-kelas yang menjadi sampel
dengan perlakuan yang berbeda. Pada kelas pertama (eksprimen) selama proses
pembelajaran menggunakan Model Talking
Stick. Sedangkan pada kelas kedua (Kontrol) tanpa menggunakan Model Talking Stick
Arikunto (2006:96) mengemukakan bahwa “Variabel penelitian adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian atau suatu penelitian”.
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a) Variabel bebas, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini
adalah penggunaan model talking stick
yang dilambangkan dengan huruf X
b) Variabel terikat, yang menjadi variabel terikat dalam penelitian
ini adalah hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 B. Srikaton yang
dilambangkan dengan huruf Y.
B. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:61)
Menjelaskan populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek /subjek yang mempunyai kualitas dan
karateristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
dibuat kesimpulan. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 B. Srikaton. Untuk lebih
jelas mengenai jumlah populasi dari penelitian
Dapat dilihat
pada tabel 3.2
Tabel 3.2
PopulasiPenelitian
NO
|
KELAS
|
JenisKelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
VIII 1
|
13
|
17
|
30
|
2
|
VIII 2
|
14
|
18
|
32
|
3
|
VIII 3
|
14
|
16
|
30
|
4
|
VIII 4
|
13
|
17
|
30
|
5
|
VIII 5
|
15
|
17
|
32
|
6
|
VIII 6
|
14
|
18
|
32
|
Jumlah
|
186
|
Sumber : TU SMP Negeri 1 B. Srikaton
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006:109). Menurut Toha Anggoro (2007:87), “Tidak ada kesepakatan mengenai
ukuran sampel yang digunakan”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
sampel secara acak (sample random). Pada probabilitas yang sama untuk dipilih
menjadi sampel, dimana kelas VIII 5 sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran talking stick dan kelas VIII 1 sebagai kontrol tanpa
menggunakan model pembelajaran talking
stick.
Tabel 3.3
Sampel siswa
kelas VIII 1 SMP Negeri 1.B.Srikaton
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
||
VIII 1
|
13
|
17
|
30
|
VIII 5
|
15
|
17
|
32
|
Jumlah
|
62
|
Sumber : TU
SMP Negeri 1 B. Srikaton
C. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2006:156), teknik pengumpulan data merupakan cara
peneliti mengambil data dalam penelitian, yang mana dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan tes.
Secara umum, tes diartikan sebagai alat yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan atau penguasaan objek terhadap seperangkat konten atau materi
tertentu. Menurut Arikunto (1997:123), “Tes adalah serentetan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dalam penelitian ini, tes
hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap materi
Taktik Jepang membentuk BPUPKI Tahun 1945 setelah pembelajaran menggunakan
model pembelajaran talking stick. Tes juga digunakan untuk
memperoleh data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban
D. Teknik
Analisis Data
1) Menentukan Skor Rata-rata dan Simpangan baku
Menentukan Skor Rata- Rata dan simpangan baku pada tes awal
dan tes akhir,untukdata hasil belajar pada kelompok eksprimen maupun kelompok
kelas kontrol dengan rumus :
2) Uji
Normalitas
Uji Normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Rumus yang digunakan adalah uji kecocokan (chi kuadrat), yaitu:
(Sudjana,
2002:145)
Keterangan:
= Nilai chi kuadrat
= Frekuensi hasil
pengamatan
= Frekuensi hasil harapan
Selanjutnya hitung
dibandingkan dengan tabel
dengan derajat kebebasan , dimana J adalah
banyaknya kelas interval ,
maka dapat dinyatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal,
Sugiyono (dalam Hesty, 2010:38).
3) Uji
Homogenitas
Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
mempunyai varians
yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama, maka
kelompok tersebut dikatakan homogen. Uji statistik menggunakan uji varians (F) dengan rumus:
E. Pertanggungjawaban
Penelitian
Sebelum tes dilakukan, terlebih dahulu soal instrumen diuji coba.
Uji coba tes dilakukan untuk mengetahui kualitas soal yang akan digunakan
sebagai alat pengumpul data. Tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus
memenuhi persyaratan tes, di antaranya validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda.
1) Uji
Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki rendah, (Arikunto, 2006:168).
Dalam penelitian ini, uji ketepatan dilakukan dengan menggunakan
metode Pearson Product Moment (PPM) dengan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto
(2001:243) sebagai berikut.
Tabel 3.4
Hasil Analisis Validitas
Tes Hasil Belajar Materi Pengaruh Model Talking
Stick Terhadap
Hasil Belajar
Siswa Materi Taktik Jepang Membentuk
BPUPKI Tahun 1945 SMP Negeri B.Srikaton
Tahun
Ajaran 2011/2012
NO
|
Nilai r
|
t hitung
|
t tabel
|
Keterangan
|
1
|
0,15
|
0,85
|
2,04
|
Validitassangatrendah
|
2
|
0,18
|
1,03
|
2,04
|
Validitassangatrendah
|
3
|
0,43
|
2,69
|
2,04
|
Validitassedang / cukup
|
4
|
0,47
|
3,01
|
2,04
|
Validitassedang / cukup
|
5
|
0,39
|
2,39
|
2,04
|
Validitasrendah
|
6
|
-0,13
|
0,16
|
2,04
|
Tidak valid
|
7
|
0,45
|
2,85
|
2,04
|
Validitassedang / cukup
|
8
|
0,60
|
4,24
|
2,04
|
Validitastingggi / baik
|
9
|
0,61
|
4,35
|
2,04
|
validitastinggi / baik
|
10
|
0,64
|
4,83
|
2,04
|
Validitastinggi / baik
|
11
|
0,39
|
0,06
|
2,04
|
Validitasrendah
|
12
|
0,52
|
3,44
|
2,04
|
Validitassedang / cukup
|
13
|
-0,05
|
0,16
|
2,04
|
Tidak valid
|
14
|
0,49
|
3,17
|
2,04
|
Validitassedang / cukup
|
15
|
0,52
|
3,44
|
2,04
|
Validitassedang / cukup
|
16
|
0,31
|
1,84
|
2,04
|
Validitasrendah
|
17
|
0,41
|
2,54
|
2,04
|
Validitassedang / cukup
|
18
|
0,41
|
2,54
|
2,04
|
Validitassedang / cukup
|
19
|
0,22
|
1,27
|
2,04
|
Validitasrendah
|
20
|
0,30
|
1,77
|
2,04
|
Validitasrendah
|
2) Uji
Reliabilitas Instrumen
Realibitas
menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebur sudah baik (Arikunto, 2010 :221) Instrumen yang
sudah dapat dipercaya (reliabel) akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Mengetahui reliabilitas tes bentuk
uraian digunakan rumus Alpha dikemukakan oleh Arikunto (2010:232) :
Keterangan:
= Reliabilitas
instrumen
= Banyaknya soal
= Skor
Rata –Rata
Vt = Varians
total
Koefisien
reliabilitas dinyatakan dengan nilai adalah 0,64 maka dapat dikatakan bahwa
reliabilitas tinggi.
3) Daya
Pembeda
Daya Pembeda merupakan suatu indikator untuk membedakan antara
siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk menghitung Daya
Pembeda dapat menggunakan rumus,
yang dikemukakanArikunto (2006:76)yaitu:
Keterangan:
DP =Indeks
Daya Pembeda
=Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah
= Jumlah skor ideal salah satu kelompok atas (kelompok
atas atau bawah)
Kasifikasi interprestasi untuk
daya pembeda menurut Arikunto (2006:54) yaitu:
DP ≤ 0,00
Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20
Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤
0,70 Baik
0,80 < DP ≤ 100 Sangat Baik
Adapun hasil
perhitungan dari soal pilihan ganda sebanyak 20 soal maka dapat dikemukakan
rekapitulasi, hasil analisis daya pembeda tes penguasaan materi taktik jepang
membentuk BPUPKI di SMP Negeri 1. B.
Srikaton.
Tabel 3.5
Hasil Analisis Daya pembeda
No
|
Jumlah skor kelas atas
|
Jumlah skor kelas bawah
|
Jumlah skor kelas atas
|
Jumlah skor kelas bawah
|
Tingkat kesukaran
|
keterangan
|
1
|
12
|
9
|
17
|
17
|
0,17
|
Jelek
|
2
|
9
|
6
|
17
|
17
|
0,17
|
Jelek
|
3
|
12
|
5
|
17
|
17
|
0,41
|
Baik
|
4
|
13
|
5
|
17
|
17
|
0,47
|
Baik
|
5
|
10
|
6
|
17
|
17
|
0,23
|
Cukup
|
6
|
9
|
3
|
17
|
17
|
0,35
|
Cukup
|
7
|
10
|
6
|
17
|
17
|
0,23
|
Cukup
|
8
|
11
|
4
|
17
|
17
|
0,41
|
Baik
|
9
|
12
|
5
|
17
|
17
|
0,41
|
Baik
|
10
|
13
|
3
|
17
|
17
|
0,58
|
Baik
|
11
|
10
|
3
|
17
|
17
|
0,41
|
Baik
|
12
|
11
|
1
|
17
|
17
|
0,58
|
Baik
|
13
|
14
|
3
|
17
|
17
|
0,64
|
Baik
|
14
|
12
|
3
|
17
|
17
|
0,58
|
Baik
|
15
|
14
|
4
|
17
|
17
|
0,41
|
Baik
|
16
|
11
|
6
|
17
|
17
|
0,71
|
Baik
|
17
|
11
|
4
|
17
|
17
|
0,41
|
Baik
|
18
|
13
|
4
|
17
|
17
|
0,52
|
Baik
|
19
|
9
|
6
|
17
|
17
|
0,17
|
Jelek
|
20
|
13
|
9
|
17
|
17
|
0,23
|
Jelek
|
4) Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Suatu butir
soal,menunjukan apakah butir soal tersebut tergolong butir soal tersebut
tergolong butir soal yang sukar,sedang atau mudah. Butir soal yang baik adalah
butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2010:17)
. Untuk keperluan penghitungan daya pembeda butir soal tersebut dibagi dua,
Separuh kelompok atas dan separuh kelompok bawah.Untuk menghitung tingkat
kesukaran butir soal, digunakan rumus yang dikemukakan karno To (dalam
Sukasno,2006:79) sebagai berikut:
Keterangan:
TK = Indeks tingkat
kesukaran
=
Jumlah skor kelompok atas
=
Jumlah skor kelompok bawah
= Jumlah skor ideal kelompok
=
Jumlah skor ideal kelompok bawah
Dengan kriteria tingkat
kesukaran sebagai berikut:
TK < 0,00 terlalu
sukar
0,00
< TK
< 0,30 sukar
0,30
<
TK < 0,70
sedang
0,70
<
TK <
1,00 mudah
Tabel
3.6
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
No
|
Jumlah skor kelas atas
|
Jumlah skor kelas bawah
|
Jumlah skor kelas atas
|
Jumlah skor kelas bawah
|
Tingkat kesukaran
|
keterangan
|
1
|
12
|
9
|
17
|
17
|
0,61
|
Sedang
|
2
|
9
|
6
|
17
|
17
|
0,44
|
Sedang
|
3
|
12
|
5
|
17
|
17
|
0,5
|
Sukar
|
4
|
13
|
5
|
17
|
17
|
0,5
|
Sedang
|
5
|
10
|
6
|
17
|
17
|
0,52
|
Sedang
|
6
|
9
|
3
|
17
|
17
|
0,41
|
Sedang
|
7
|
10
|
6
|
17
|
17
|
0,35
|
Sedang
|
8
|
11
|
4
|
17
|
17
|
0,47
|
Sedang
|
9
|
12
|
5
|
17
|
17
|
0,44
|
Sukar
|
10
|
13
|
3
|
17
|
17
|
0,5
|
Sedang
|
11
|
10
|
3
|
17
|
17
|
0,47
|
Sedang
|
12
|
11
|
1
|
17
|
17
|
0,38
|
Sedang
|
13
|
14
|
3
|
17
|
17
|
0,47
|
Sedang
|
14
|
12
|
3
|
17
|
17
|
0,44
|
Sedang
|
15
|
14
|
4
|
17
|
17
|
0,52
|
Sedang
|
16
|
11
|
6
|
17
|
17
|
0,5
|
Sukar
|
17
|
11
|
4
|
17
|
17
|
0,44
|
Sedang
|
18
|
13
|
4
|
17
|
17
|
0,5
|
Sukar
|
19
|
9
|
6
|
17
|
17
|
0,44
|
Sedang
|
20
|
13
|
9
|
17
|
17
|
0,64
|
Sedang
|
Tabel 3.7
Rekapitulasi nilai uji coba instrumen
No
|
Validitas
|
Tingkat
Kesukaran
|
Daya
Pembeda
|
Keterangan
|
||||
1
|
0,15
|
Validitas
sangat Rendah
|
0,61
|
Sedang
|
0,17
|
Jelek
|
Tidak
Digunakan
|
|
2
|
0,18
|
Validitas
Sangat Rendah
|
0,44
|
Sedang
|
0,17
|
Jelek
|
Tidak
Digunakan
|
|
3
|
0,43
|
Validitas
Sedang /Cukup
|
0,5
|
Sukar
|
0,41
|
Baik
|
Digunakan
|
|
4
|
0,47
|
Validitas
Sedang/Cukup
|
0,52
|
Sedang
|
0,47
|
Baik
|
Digunakan
|
|
5
|
0,39
|
Validitas
Rendah
|
0,41
|
Sedang
|
0,23
|
Cukup
|
Digunakan
|
|
6
|
- 0,13
|
Tidak
Valid
|
0,35
|
Sedang
|
0,35
|
Cukup
|
Digunakan
|
|
7
|
0,45
|
Validitas
Sedang/Cukup
|
0,47
|
Sedang
|
O,23
|
Cukup
|
Digunakan
|
|
8
|
0’60
|
Validitas
Tinggi
|
0,44
|
Sedang
|
0,41
|
Baik
|
Digunakan
|
|
9
|
0,61
|
Validitas
Tinggi
|
0,5
|
Sukar
|
0,41
|
Baik
|
Digunakan
|
|
10
|
0,64
|
Validitas
Tinggi
|
0,47
|
Sedang
|
0,58
|
Baik
|
Digunakan
|
|
11
|
0,39
|
Validitas
Rendah
|
0,38
|
Sedang
|
0,41
|
Baik
|
Digunakan
|
|
12
|
0,52
|
Validitas
Sedang/ Cukup
|
0’35
|
Sedang
|
0,58
|
Baik
|
Digunakan
|
|
13
|
-0,05
|
Tidak
Valid
|
0,47
|
Sedang
|
0,64
|
Baik
|
Digunakan
|
|
14
|
0,49
|
Validitas
sedang /Cukup
|
0,44
|
Sedang
|
0,52
|
Baik
|
Digunakan
|
|
15
|
0,52
|
Validitas
Sedang/ Cukup
|
0,52
|
Sedang
|
0,58
|
Baik
|
Digunakan
|
|
16
|
0,31
|
Validitas
Rendah
|
0,5
|
Sukar
|
0,71
|
Baik
|
Digunakan
|
|
17
|
0,41
|
Validitas
Sedang/ Cukup
|
0,44
|
Sedang
|
0,41
|
Baik
|
Digunakan
|
|
18
|
0,41
|
Validitas
Sedang/Cukup
|
0,5
|
Sukar
|
0,52
|
Baik
|
Digunakan
|
|
19
|
0,22
|
Validitas
Rendah
|
0,44
|
Sedang
|
0,17
|
Jelek
|
TidakDigunakan
|
|
20
|
0,30
|
ValiditasRendah
|
0,64
|
Sedang
|
0,23
|
Cukup
|
Dgunakan
|
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di SMP Negeri 1 B. Srikaton dengan menggunakan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Pelaksanaan penelitian Kelas eksprimen yaitu kelas VIII 5 dengan
jumlah 32. Sedangkan kelas kontrol yaitu kelas VIII 1 dengan
jumlah 30. Dalam
penelitian ini, peneliti
mendapat data dengan menggunakan metode tes yaitu tes tertulis. Tes tertulis
tersebut diberikan kepada kedua kelas sampel, yang dilakukan sebelum dan
sesudah penelitian. Dimana proses pembelajaran kelas eksprimen (VIII 5)
menggunakan model pembelajaran talking stick, sedangkan kelas kontrol (kelas
VIII 1)
Proses pembelajaran menggunakan model konvensional (ceramah). Pada pelaksanaan
proses pembelajaran ini, peneliti bertindak sebagai guru (pengajar). Dari
pelaksanaan penelitian tersebut dimulai dengan pemberian tes awal, melaksanakan
proses pembelajaran, dan tes akhir. Karena kedua kelas mendapat perlakuan yang
berbeda dalam pembelajaran materi taktik
jepang membentuk BPUPKI tahun 1945. Sebelum dilaksanakan pembelajaran tes akhir terlebih dahulu dilaksanakan pre-test,
kemudian melaksanakan pembelajaran dan dilanjutkan pemberian post-test.
Data tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas
eksprimen dan kelas kontrol.
1.
Analisis
Data Kemampuan Siswa
Pelaksanaan
penelitian pre-test yang
dilakukan pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal 16 April sampai 26 Mei 2012 di SMP
Negeri B. Srikaton diikuti 32 orang
siswa kelas eksprimen dan 30 0rang siswa kelas kontrol.
Pelaksanaan pre-test Bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi taktik jepang Membentuk BPUPKI tahun 1945.
a.
Rata
()
dan Simpanan Baku (s ) Skor Tes Awal
Hasil
perhitungan rata – rata () dan simpangan
baku (s) skor Kelas awal
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada tabel 4.1dibawah ini.
Tabel
4.1
Rata-rata
() dan Simpangan Baku (s) Skor Tes Awal
Kelas
|
Skor Rata – rata
|
Simpangan Baku
|
Kelas Eksperimen (Awal)
Kelas kontrol (Awal )
|
58,96
55,55
|
13,85
14,33
|
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat pada lampiran C halaman126 dan 128
bahwa skor rata-rata kelas eksperimen 55,96 dan skor kelas kontrol
55,55.
Hal ini berarti kemampuan awal siswa
Antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang begitu yang besar.
b. Rata-rata ( )
dan Simpangan Baku (s)Skor Tes Akhir
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi taktik jepang
membentuk bpupki, merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Kemampuan akhir diperoleh melalui post-test
(tes akhir). Pelaksanaan post-test (tes akhir) berfungsi untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang dilaksanakan
secara berbedaan
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dari hasil perhitungan (terlampiran), dapat dikemukakan
rekapitulasi hasil rata-rata dan simpangan baku dari hasil post-
test yang dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Rata-rata ( ) dan Simpangan Baku (s) Skor Tes Akhir
Kelas
|
Skor
Rata – rata ()
|
Simpangan
Baku (s)
|
Kelas
eksperimen (akhir)
Kelas Kontrol
(akhir)
|
79,16
63,55
|
12,17
13,41
|
Berdasarkan tabel 4.2 di atas,dapat dilihat pada lampiran C halaman127 dan 129 hasil post-test (tes akhir), dibandingkan dengan kemampuan awal siswa (pre-test),terdapat
peningkatan setelah mengikuti proses model pembelajaran
pada tes awal dan tes akhir yang diberikan Pada siswa. Skor rata-rata tes awal
kelas eksperimen adalah 55,96 Sedangkan skor rata-rata tes akhir
adalah 79,16 hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 20,2. Skor rata-rata tes
awal pada kelas kontrol adalah
55,55 Sedangkan skor rata-rata tes akhir kontrol adalah
63,55. Hal ini terjadi
peningkatan rata-rata sebesar 8. Jadi peningkatan rata-rata
kelas eksperimen lebih tinggi di
bandingkan dengan peningkatan rata-rata pada kelas kontrol. Hal ini dapat di
lihat dari lampiran C.
2.
Pengujian
Hipotesis
Dapat diKesimpulan
dari data post -test (tes akhir) maka dilakukan pengujiaan hipotesis secara
statistik, Adapun hipotesis dalam Penelitian adalah “adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran talking
stick
terhadap hasil belajar materi taktik jepang membentuk BPUPKI tahun 1945 pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran 2011/2012”. Sebelum pengujian
dilakukan terlebih dahulu diadakan uji normalitas dan uji homogenitas
varians dari
data tersebut. Hipotesis statistik
yang di uji dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Ho
adalah hasil belajar sejarah siswa
menggunakan model pembelajaran talking
stick kurang dari satu atau sama dengan hasil
belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Ha
adalah hasil belajar sejarah siswa yang menggunakan model pembelajaran talking
stick
lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika thitung lebih kecil untuk harga-harga t lainnya ditolak dengan
taraf signifikan α = 0,05. Seperti yang telah pernah dibahas pada bab III,
Sebelum pengujian tersebut, terlebih dahulu menguji normalitas
selanjutnya diuji homogenitas varians antara kelompok eksperimen
dan kelompok
kontrol, dan yang terakhir menguji kesamaan rata-rata.
a.
Uji
Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data tes siswa
Berdistribusi normal
atau tidak . berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenal uji normalitas data ( terlampirkan ) dengan taraf Kepercayaan
α = 0,05, jika hitung < tabel, maka
masing-masing data berdistribusi normal.
Hasil perhitungan uji normalitas tes awal dan tes akhir untuk
kedua
dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
Skor Tes Awal dan Tes Akhir
Kelas
|
Dk
|
Kesimpulan
|
||
Eksperimen
|
||||
1.
Tes Awal
|
8,8511
|
32
|
11,070
|
Normal
|
2.
Tes Akhir
|
9,3162
|
32
|
11,070
|
Normal
|
Kontrol
|
||||
1.
Tes Awal
|
5,5703
|
30
|
11,070
|
Normal
|
2.
Tes Akhir
|
9,5374
|
30
|
11,070
|
Normal
|
Perhitungan<menggunakan rumus uji normalitas dapat dilihat
lampiran C.
b.
Uji
homogenitas
Pengujian homogenitas sampel, hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui
Varians
kedua kelompok bersifat homogen atau tidak homogen. Hipotesis
Yang
dilakukan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut :
Ho : Sampel homogen
Ha : Sampel tidak homogen
Kriteria Pengujian tolak Ho jika <dengan taraf 5% dk1=(n1-1) dan dk = (n2
-1). Menurut hasil perhitungan analisis data (lampiran C) tentang uji
homogenitas varians tes awal dan tes akhir dapat di lihat tabel dibawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Uji Homogenitas
skor Tes Awal dan Tes akhir
Tes
|
Dk
|
Kesimpulan
|
||
Tes
Awal
|
0,93
|
32:30
|
1,89
|
Homogen
|
Tes
Akhir
|
0,82
|
32:30
|
1,89
|
Homogen
|
Pada tabel 4.4 menunjukan bahwa varians kedua kelompok pada
tes
awal
dan tes akhir adalah homogen,karena
.
c. Uji
Kesamaan dua
Rata-rata
Berdasarkan hasil
analisis uji normalitas dan uji homogenitas didapat Kedua kelompok data baik
tas awal maupun tes akhir adalah
normal dan homogen. Oleh karena itu,
dapat dilakukan uji hipotesis, yaitu uji kesamaan rata-rata kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk data tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.5
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes
awal dan Tes Akhir
Tes
|
Dk
|
Kesimpulan
|
||
Tes
Awal
|
0,95
|
62
|
1,67
|
Ho
diterima
|
Tes
Akhir
|
4,82
|
62
|
1,67
|
Ho
ditolak
|
Pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa hasil analisis uji-t
mengenai kemampuan awal siswa baik kelas eksperimen maupun kelas Kontrol
mempunyai kemampuan awal yang sama dengan taraf kepercayaan α =0,05 karena, (0,95 < 1,67).
Setelah Pemberian
model pembelajaran yang berbeda untuk kelas eksperimen dengan kelas kontrol
terjadi adanya peningkatan skor. Peningkatan skor tersebut adalah hasil belajar
siswa, Kelas eksperimen diberi proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick,
sedangkan kelas
kontrol diberi proses pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
Berdasarkan hasil
analisis uji-t mengenai kemampuan akhir menunjukan bahwa skor rata-rata kelas
eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol pada taraf kepercayaan α = 0,05 karena, yaitu jika
disimpulkan bahwa model pembelajaran Talking stick secara signifikan
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukan bahwa
proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Talking
Stick.
B.
Pembahasan
Dari hasil analisis data tes awal (
pre-test) dan tes akhir (post-test) dapat terdapat hasil belajar antara kelas
eksperimen Kelas
kontrol. Ini disebabkan karena perlakuan proses pembelajaran yang diberikan berbeda
terhadap kedua sampel yaitu kelas eksperimen di ajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran talking stick dan kelas kontrol diajar Menggunakan metode
ceramah.
Dari data tes terakhir terjadi peningkatan hasil belajar,
Kelas awal eksperimen memperoleh rata-rata 55,96 dengan tes akhir
eksperimen memperoleh skor 79,16 rata-rata maka
terjadi peningkatan nilai skor rata-rata sebesar 20,2. sedangkan pada kelas
kontrol yang diajarkan menggunakan konvensional (ceramah), diperoleh rata-rata
tes awal 55,55
dengan tes akhir kontrol 63,55, maka terjadi
peningkatan 8.
Sehingga dapat dikesimpulkan rata-rata
hasil post-test kelas eksperimen
menggunakan model talking
stick
lebih baik dari pada kelas kontrol.
Sudjana (2002:12)
“Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, dimana tingkah laku
sebagai hasil belajar pengetahuan yang luas, mencakup bidang koqnitif, efektif,
dan Psikomotorik”.
Dalam hal pre-tets dan post-test yang dilakukan, hasil belajar yang dianalisis.
Hasil belajar yang bersifat koqnitif siswa yang dilihat dari kemampuan siswa
melalui test setelah penyajian materi taktik jepang membentuk Bpupki tahun
1945.
Model pembelajaran talking
stick
adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini
dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib memjawab
dari pertanyaan guru. Menurut pendapat Fatimah, Siti, Sukardi dkk (2008:27)
bahwa untuk menggunakan model pembelajaran talking
stick
perlu dipersiapkan langkah-langkah sebagai berikut :
1).
Guru menyiapkan sebuah tongkat, 2). Guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari, kemudian memberikan kesempatankepada siswa untuk membaca dan
mempelajari materi pada buku peganganya atau buku paketnya, 3). Setelah selesai
membaca buku dan mempelajarinya lalu guru menyuruh siswa menutup bukunya, 4).
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa guru memberikan pertanyaan
dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian dan menjawab pertanyaan dari guru. 5). Guru memberikan kesimpulan 6).
evaluasi
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa untuk menggunakan model Pembelajaran talking
stick diperlukan langkah-langkah yang tepat agar
tujuan pembelajaran tercapai dan siswa dan merasa takut untuk menjawab
pertanyaan karena guru sudah membuat suasana yang nyaman agar siswa bisa dengan yang baik dan mendorongsiswauntuk
berani mengemukakan pendapat.
Model pembelajaran talking stick
dengan berbagai kegiatannya menyebankan proses pembelajaran
ini lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, dalam pelaksanaan pembelajaran ini guru terlebih dahulu
memberikan pertanyaan,
di
kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran talking stick
hanya menggunakan metode ceramah pada
awal pembelajaran guru menjelaskan materi tanpa menggunakan alat peraga
berupa tongkat. Selanjutnya guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk
bertanya apa yang belum jelas dan belum dipahami. Dari penjelasan yang
diberikan guru, guru menjelaskannya dan menjawabnya dari
pertannyaan siswa serta
memberikan kesampatan kepada siswa
untuk saling bertanya sesama
siswa.
Penulis melihat adanya banyak
kekurangan pada proses pembelajaran di kelas yang telah diajarkan yang hanya
menggunakan metode ceramah atau tanpa menggunakan model talking stick
terlihat kurang aktipnya siswa karena siswa hanya menerima
materi yang diberikan guru dikelas, saat adanya proses belajar mengajar.
Sedangkan dikelas eksperimen yang
menggunakan talking
stick
siswa sangat aktif dalam memahami pelajaran dikelas ini, karena pada dasarnya
pengggunaan model talking
stick
menitik
beratkan sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami suatu
materi pelajaran yang telah diajarkan yang
menggunakan alat beraga berupa tongkat dijalankan. Tingginya hasil belajar
siswa dikelas eksperimen disebabkan oleh adanya perbedaan dalam proses
pembelajaran pada kedua kelas tersebut, jika dikelas eksperimen siswa aktif
dalam proses pembelajaran yang diberikan guru
maka dikelas kontrol siswa pasif dalam proses pembelajaran dikelas
tersebut.
proses pembelajaran hasil tanya
jawab dengan siswa, dengan menggunakan
model talking stick yang mengajar dikelas, siswa sangat merasakan
senang serta semangat belajar dalam proses belajar mengajar dikelas dibandingkan dengan penjelasan guru yang mengajar dikelas dengan metode ceramah.
Dengan menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,05, didapat (4,82 >1,67). Hasil ini menunjukan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima. Berarti rata-rata skor kelas
eksperimen secara signifikan dari rata-rata kelas kontrol. Dimana kedua kelas
memilki kemampuan awal yang sama sebelum peneliti melakukan penelitian yang
akan menggunakan perlakuan yang berbeda antara kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran Talking Stick, Sedangkan pada kelas
kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah). Dengan demikian
hipotesis yang berbunyi “ adanya pengaruh penggunaan model Talking Stick
terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran sejarah “ dapat diterima.
C.
Keterbatasan
Pelaksanaaan dikelas, pada pertemuan pertama pembelajaran
dengan menerapkan Model
pembelajaran talking
stick
mengalami kesulitan dan menemukan beberapa hambatan-hambatan. Adanya perubahan
cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan
memerlukan penyesuaikan terhadap model pembelajaran tersebut. Salah satu
hambatannya adalah siswa masih merasa sukar untuk beradaptasi dan penemuan
terhadap pengetahuan yang disajikan oleh guru dalam bentuk pilihan ganda.
Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan maupun
kelemahan , disisi lain keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini dapat
menjadi sumber bagi peneliti yang akan datang. Adapun keterbatasan yang
dimiliki oleh
peneliti.
1. Kurangnya
waktu yang diberikan guru dalam menerapkan atau memaparkan materi yang berjudul
taktik jepang membentuk BPUPKI di SMP Negeri 1 B. Srikaton tahun Ajaran
2011/2012. Keterbatasan itulah yang memebuat peneliti kurang dalam menjelaskan
materi kepada siswa dikarenakan waktu yang diberikan oleh guru sangat terbatas
bagi peneliti.
2. Kurangnya
waktu menerapkan model pembelajaran Talking
Stick
kepada siswa dikarena waktu yang diberikan sangat sedikit, sehingga model
pembelajaran yang akan diterapkan tidak berjalan dengan baik. Peneliti menyadari banyak
kelemahan dan keterbatasan dalam melaksanaan penelitian di SMP Negeri 1 B.
Srikaton.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan secara
umum bahwa model Pembelajaran Talking Stick terhadap hasil belajar siswa materi taktik jepang membentuk BPUPKI tahun 1945
kelas VIII SMP
Negeri 1
B. Srikaton.
Hal ini ditunjukan dari hasil uji-t dengan perolehan (4,82>1,67
).
yang berarti Ho ditolak dan
Ha diterima. Hasil belajar pada tes kelas awal eksperimen rata-ratanya sebesar 58,96
dan
tes pada kelas akhir eksperimen rata-ratanya sebesar 79,16 sedangkan
pada tes kelas awal kontrol rata-ratanya sebesar 55,55 dan tes pada kelas akhir
kontrol rata-ratanya sebesar 63,55 yang menunjukan ada pengaruh
pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Talking Stick mendapatkan hasil belajar yang lebih tinggi.
Adanya perbedaan
hasil belajar ini karena modal pembelajaran menekankan pada adanya aktivitas
dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalm
menguasai materi pembelajaraan guna mencapai prestasi yang maksimal.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis kemukakan berdasarkan pada hasil penelitian
materi kemampuan siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 B.
Srikaton dalam memahami pengaruh model pembelajaran Talking Stick
terhadap hasil belajar siswa materi
Taktik Jepang membentuk BPUPKI Tahun 1945 sebagai berikut:
1. Bagi
siswa, hendaknya siswa dalam proses
pembelajaran harus lebih aktif.
2. Bagi
guru, diharapkan dapat menerapkan model
pembelajaran talking
stick
sehingga
model pembelajaran alternatif dalam meningkatkan
aktivitas siswa dan hasil belajar mata pelajaran siswa.
3. Bagi
sekolah, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi yang
lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,
Muhammad. 1995. Penelitian Kependidikan,
Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa
Arikunto,
Suharsimi. 1993. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung
: CV. Alpabeta
Arikunto. 2001. Dasar-dasar
Evaluasi Penelitian . Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto.
2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung Rineka Cipta
Diah B. M. 1983. Angkatan
baru 45, Jakarta : PT. Masa Merdeka
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Gulo, W. 2002. Strategi
Belajar – Mengajar. Jakarta : Gramedia Widya Sarana
Hamalik. 2003. Proses
Belajar – Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Hamzah.
2007. Model Pembelajaran Menentukan
Proses Belajar- mengajar yang Kreatif
dan efektif. Gorontalo : Bumi Aksara
Kunandar.
2010. Guru Propesional Imlementasi
Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP ) dan
Sukses dalam sertifikasi guru. Jakarta : Rajawali Pers
Muhammad
Ridhwan Indra. 1987. Peristiwa-Peristiwa
disekitar Proklamasi 17-08-1945.
Jakarta : Sinar Grafika
Nugroho
Noto Susanto. 1976. Sejarah Indonesia.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Poerwadarminta,
WJS. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
Sagimun,
md. 1989. Peranan Pemuda dari Sumpah
Pemuda Proklamasi. Jakarta : PT. Bina Aksara
Sanjaya,
Wina. 2005. Pembelajaran dalam
implementasi Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta : PT. Kencana
Siti
Fatimah, Sukardi,dkk. 2008. Pendidikan
dan latihan profesi guru. Palembang : Universitas
Sriwijaya
Slamento.
2010. Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sri. 2009. Media
Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka
Sudjana. 2002. Metode
Statistika. Bandung : Tarsito
Sukmadinata,
Nana. 2008. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Suparman. 2010. Gaya
yang menyenangkan Siswa. Yogyakarta: Pinus
No comments:
Post a Comment