Tuesday, November 19, 2013

PENGARUH ISLAM DI CORDOVA TERHADAP CIKAL BAKAL PERADABAN BARAT PADA ABAD KE-12 M



 PENGARUH ISLAM DI CORDOVA TERHADAP CIKAL BAKAL PERADABAN BARAT PADA ABAD KE-12 M
 

Islam di Cordova (Spanyol)
            Sejak pertama kali Islam menginjak kaki di tanah Spanyol hingga masa jatuhnya, Islam memainkan peran yang sangat besar. Islam di Spanyol telah berkuasa selama tujuh setengah abad. Sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam enam priode. Hal ini seperti yang dikemukakan Dr. Badri Yatim dalam Samsul Munir Amin (2009:168-171) sebagai berikut:

1.      Periode Pertama (711-755 M)
      Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, berbagai gangguan masih terjadi baik dayang dari luar maupun dari dalam.
      Gangguan yang datang dari dalam yaitu berupa perselisihan di antara elite penguasa. Di samping itu, terdapat beda pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Adapun gangguan yang datang dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan.

2.      Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun138 H/755 M dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya Ad-Dakhil berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol.
Saat periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan Masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
3.      Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Pada periode ini umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nasir mendirika Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4.      Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada masa ini Spanyol terpecah menjadi lebih 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti kota Sevilla, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya jika terjadi perangt saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun, walaupun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana yang lain.
5.      Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat kekuatan yang dominan yakni kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di marakesy. Dan akhirnya dapat memasuki Spanyol dan menguasainya. Dalam perkembangan selanjutnya, pada periode ini kekuasaan Islam di Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum Kristen. Tahun 1238 M Cordova jatuh ketangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh pada tahun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol Islam lepas dari tangan  penguasa Islam.
6.      Periode Keenam (1248-1492 M)
      Pada periode ini islam hanya berkuasa di Granada di bawah dinasti Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan islam yamg merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang dengan ayahnya kerena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengantinya menjadi raja. Ia memberontak dan berusaha merebut kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik tahta.
      Ferdinand dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan Kristen melalui perkawinan, dan akhirnya mereka menyerang balik terhadap kekuatan Abu Abdullah. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen tersebut sehingga pada akhirnya kalah. Abu Abdullah akhirnya menyerah kepada Ferdinand dan Isabella, sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan islam di Spanyol pada tahun 1492 M. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di wilayah ini. Walaupun isla telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama hampir tujuh setengah abad lamanya.

            Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil pengertian bahwa Islam masuk atau berkuasa di Spanyol selama tujuh setengah abad lamanya. Dengan peran Islam yang sangat besar, dari tahun ke tahun Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Walaupun selama Islam berkuasa atas Spanyol banyak gangguan-gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar, Islam tetap berjaya di Spanyol serta berhasil membuat Spanyol  memperoleh kemajuan peradaban. sehingga kemajuan peradaban Spanyol Islam juga berimbas pada bangkitnya Renesans dunia Barat dan membuka lembaran sejarah baru bagi kemajuan peradaban di Eropa.
Dalam buku Sejarah kebudayaan Islam, Murodi (2003:77) menjelaskan bahwa: “Masuknya Islam ke Cordova pada tahun 711 M, membuka lembaran sejarah baru bagi kemajuan peradaban di Eropa dalam berbagai segi kehidupan”. Selanjutnya Dedi Supriadi (2008: 120) juga menjelaskan bahwa: “kemajuan peradaban di Spanyol Islam berimbas pada bangkitnya Renaisans dunia barat pada abad pertengahan sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi Eropa”.
Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa masuknya Islam di Cordova pada tahun 711 M, itu membuka lembaran sejarah baru bagi kemajuan perkembangan peradaban di Eropa atau berimbas pada bangkitnya Renesans dunia barat dari berbagai segi kehidupan.

Peradaban Barat
Selama tujuh setengah abad Islam berkuasa atas Spanyol. Islam memiliki peran yang sangat besar sehingga mampu membuat Spanyol memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik ataupun peradaban. Akan tetapi, walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, namun Islam telah membidangi gerakan-gerakan penting di Eropa.
Umat Islam kehilangan segala yang pernah dimiliki. Namun terjadi di luar dugaan, ternyata bangsa yang menghancurkan Daulah Islamiyah yang berpusat di Baghdad itu, keturunannya justru menjadi pembangun dan pembela agama Islam menjadi tumbuh dan mekar kembali. Demikian juga di luar bekas kekuasaan Daulah Abbasiyah, yaitu Spanyol dan Afrika Utara, kebudayaan Islam tidak musna bahkan mengalir ke Eropa. Hal ini seperti yang dikemukakan Musyrifah Sunanto (2003:224) dalam buku Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, sebagai berikut:
Penyaluran dimulai ketika Toledo jatuh ketangan Kristen. Di Toledo terdapat pusat sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam pada masa itu. Ketika kota itu jatuh tahun 1085, orang-orang raja Alfonso VII dari Castillia belum tahu bahasa Arab dan tidak mampu mempergunakan segala peninggalan kaum Muslimin. Maka penduduk asli Andalus, yang digelari muzarobus yang telah menjadi intelektual, guru, dokter, ahli kimia, ahli filsafat dan lain-lain yang pernah bekerja sama dengan ummat islam sebelumnya, itulah yang kemudian ditugaskan untuk tetap menjalankan tugas-tugas itu namun harus mengganti agamanya dan menterjemahkannya kedalam bahasa yang dipahami. Perguruan tinggi Toledo, rumah sakitnya, perpustakaannya, laboratoriumnya masih tetap berjalan, masih tetap dengan guru-guru besar yang dulu juga, namun memakai bahasa selain bahasa Arab atau kalau bahasa Arab dipakai harus diterjemahkan kedalam bahasa yang dipahami. Dengan jalan ini murid-murid negeri Latin tumpah ruah kesana.

Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa penyaluran ilmu pengetahuan islam atas Eropa itu melalui terjemahan dari karya-karya kaum muslimin yang berbahasa arab ke dalam bahasa yang dipahami. Hal ini dilakukan oleh muzarobus yang pernah bekerja sama dengan umat islam sebelumnya. Mengalirnya ilmu pengatahuan dan peradaban Islam ke Eropa ini tidak hanya melalui terjemahan dari karya-karya kaum muslimn saja, tetapi juga melalui perang salib. Hal ini seperti yang dikemukakan  Samsul Munir Amin (2009:180), dalam buku Sejarah Peradaban Islam, bahwa:
Dengan adanya Perang Salib ini banyak membawa keuntungan bagi benua Eropa. Perhubungan orang Kristen dengan orang Timur tengah memberikan kemajuan dalam berbagai bidang. Ketika kembali ke Eropa kapal-kapal mereka membawa barang- barang berharga seperti kain sutera, bejana dari porselin, dan lain-lain. Sedangkan jenis tumbuh-tumbuhan yang dibawa ke Eropa antara lain: sejenis biji-bijian, tanaman padi, pepohonan jeruk, semangka, bawang putih, tumbuhan obat-obatan, tembuhan yang mengandung zat pewarna dan rempah-rempah.

Selanjutnya Musyrifah Sunanto (2003:236) dalam buku Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, sebagai berikut:
Ketika tentara Salib sedang berkuasa, setiap ada pasukan Salib yang pulang kembali ke Eropa selalu membawa apa saja yang mereka temui. Apakah itu berupa buku-buku ilmu pengetahuan, alat-alat kedokteran, kompas dan apa saja hasil kemajuan ummat Islam. Demikian juga ketika terakhir kali mereka terusir dari Okka, mereka membawa lari apa yang mereka rampas dari hasil kemajuan Islam. Dengan demikian maka perang Salib merupakan salah satu dari jembatan tempat mengalirnya kebudayaan Islam ke Eropa.

Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa perang  Salib merupakan salah satu jembatan mengalirnya kemajuan peradaban serta kebudayaan Islam ke Eropa. Tentara perang Salib membawa apa saja yang ditemukan dari peristiwa perang salib tersebut, baik itu berupa ilmu pengetahuan, tumbuh-tumbuhan, alat-alat kedokteran dan lain-lain ke Eropa.
Kemajuan-kemajuan peradaban yang dialami bangsa Eropa juga dipengaruhi khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada priode klasik. Seperti yang diterangkan Badri Yatim (2008:108) Dalam buku Sejarah Peradaban islam, bahwa: “Kemajuan peradaban Eropa yang terus mengalami perkembangan sampai saat ini sebenarnya banyak dipengaruhi khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada priode klasik”.
Sebagaimana diketahui bahwa Andalusia merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Andalusia ketika berada dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan Negara-negara tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains, di samping perkembangan dan kemajuan bangunan fisik.
Dalam bukunya ‘Sejarah Peradaban Islam’ Samsul Munir Amin, (2009:178). Menjelaskan bahwa:
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan-gerakan kebangkitan kembali (renaesance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali kedalam bahasa latin.

Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa ilmu pengetahuan atas Eropa menimbulkan gerakan kembali renesance pusaka yunani berlangsung sejak abad ke-12 M sampai abad ke-14 M melalui terjemahan Arab yang dipelajari dan diterjemahkan kedalam bahasa latin.
Demikian besarnya pengaruh pemikiran Ibn Rusyd di Eropa, sehingga melahirkan gerakan aliran pemikiran bebas yang disebut Averoisme. Berawal dari gerakan Aveoisme inilah di Eropa kemudian lahirnya reformasi pada abad ke-16 M, dan rasionalisme pada abad ke-17 M. mengenai hal ini (Badri Yatim, 2008:109) dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, mengemukakan bahwa: “Pengaruh pemikiran Ibn Rusyd  berawal dari banyaknya para pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas di Andalusia. Setelah kembali ke negara masing-masing, orang Eropa mendirikan sekolah-sekolah dan universitas-universitas. Universitas pertama didirikan di Eropa pada tahun 1231 M”.
Selanjutnya Samsul Munir Amin, (2009:179) juga menjelaskan mengenai besarnya pengaruh peradaban Islam di Eropa sebagai berikut:
Demikian besarnya pengaruh peradaban Islam di Eropa, sehingga jika saja masyarakat Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan tidak mustahil bahwa Eropa masih tertinggal di belakang dalam hal peradaban dunia. Bangsa Eropa maju dalam ilmu pengetahuan dan peradaban di karenakan orang Eropa belajar kepada kaum muslimin terutama melalui berbagai literature dari hasil karya kaum muslimin di Andalusia Spanyol.

            Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil pengertian bahwa peradaban Islam Spanyol memiliki pengaruh yang besar bagi Eropa, jika saja masyarakat Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan tidak mustahil bahwa Eropa masih ketinggalan dalam hal peradaban dunia.

Sumber :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka
Supriadi, Dedi, 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia
Munir Amin, Drs. Samsul 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Hamzah.
 

No comments:

Post a Comment