PENGARUH ISLAM DI CORDOVA TERHADAP
CIKAL BAKAL PERADABAN BARAT PADA ABAD KE-12 M
Islam di Cordova (Spanyol)
Sejak pertama kali Islam menginjak
kaki di tanah Spanyol hingga masa jatuhnya, Islam memainkan peran yang sangat
besar. Islam di Spanyol telah berkuasa selama tujuh setengah abad. Sejarah
panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam enam priode. Hal ini seperti yang
dikemukakan Dr. Badri Yatim dalam Samsul Munir Amin (2009:168-171) sebagai
berikut:
1.
Periode Pertama (711-755 M)
Pada
periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, berbagai gangguan masih
terjadi baik dayang dari luar maupun dari dalam.
Gangguan
yang datang dari dalam yaitu berupa perselisihan di antara elite penguasa. Di
samping itu, terdapat beda pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur
Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Adapun gangguan yang datang dari luar
yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah
pegunungan.
2.
Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan Khalifah
Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol,
tahun138 H/755 M dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-Dakhil
adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah
ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus.
Selanjutnya Ad-Dakhil berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol.
Saat periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik
dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan Masjid
Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
3.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III
yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”. Pada periode
ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Pada periode ini
umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulah
Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nasir mendirika Universitas Cordova.
Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4.
Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara
kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada masa ini Spanyol
terpecah menjadi lebih 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan
atau Al-Mulukuth Thawaif yang
berpusat di suatu kota seperti kota
Sevilla, Cordova, Toledo,
dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam di Spanyol kembali memasuki
pertikaian intern. Ironisnya jika terjadi perangt saudara, ada diantara
pihak-pihak yang bertikai itu meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun,
walaupun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini.
Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan
dari satu istana ke istana yang lain.
5.
Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam
beberapa negara, tetapi terdapat kekuatan yang dominan yakni kekuasaan Dinasti
Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti
Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf
bin Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah
kerajaan yang berpusat di marakesy. Dan akhirnya dapat memasuki Spanyol dan
menguasainya. Dalam perkembangan selanjutnya, pada periode ini kekuasaan Islam
di Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan
beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum Kristen. Tahun 1238 M Cordova
jatuh ketangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh pada tahun 1248 M. Hampir
seluruh wilayah Spanyol Islam lepas dari tangan
penguasa Islam.
6.
Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini islam hanya berkuasa di Granada di bawah dinasti Ahmar (1232-1492 M).
Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir.
Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil.
Kekuasaan islam yamg merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir
karena perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah
Muhammad merasa tidak senang dengan ayahnya kerena menunjuk anaknya yang lain
sebagai pengantinya menjadi raja. Ia memberontak dan berusaha merebut
kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh
Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan
Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan
penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik tahta.
Ferdinand dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan
Kristen melalui perkawinan, dan akhirnya mereka menyerang balik terhadap
kekuatan Abu Abdullah. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan
penguasa Kristen tersebut sehingga pada akhirnya kalah. Abu Abdullah akhirnya
menyerah kepada Ferdinand dan Isabella, sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika
Utara. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan islam di Spanyol pada tahun 1492
M. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di wilayah ini.
Walaupun isla telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama hampir tujuh setengah abad
lamanya.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat diambil pengertian bahwa Islam masuk atau berkuasa di
Spanyol selama tujuh setengah abad lamanya. Dengan peran Islam yang sangat
besar, dari tahun ke tahun Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang
politik maupun peradaban. Walaupun selama Islam berkuasa atas Spanyol banyak
gangguan-gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar, Islam tetap
berjaya di Spanyol serta berhasil membuat Spanyol memperoleh kemajuan peradaban. sehingga
kemajuan peradaban Spanyol Islam juga berimbas pada bangkitnya Renesans dunia
Barat dan membuka lembaran sejarah baru bagi kemajuan peradaban di Eropa.
Dalam buku Sejarah
kebudayaan Islam, Murodi (2003:77) menjelaskan bahwa: “Masuknya Islam ke
Cordova pada tahun 711 M, membuka lembaran sejarah baru bagi kemajuan peradaban
di Eropa dalam berbagai segi kehidupan”. Selanjutnya Dedi Supriadi (2008: 120)
juga menjelaskan bahwa: “kemajuan peradaban di Spanyol Islam berimbas pada
bangkitnya Renaisans dunia barat pada abad pertengahan sehingga dapat dikatakan
bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi Eropa”.
Berdasarkan keterangan di atas dapat
diambil pengertian bahwa masuknya Islam di Cordova pada tahun 711 M, itu
membuka lembaran sejarah baru bagi kemajuan perkembangan peradaban di Eropa
atau berimbas pada bangkitnya Renesans dunia barat dari berbagai segi
kehidupan.
Peradaban Barat
Selama tujuh setengah abad Islam berkuasa atas Spanyol.
Islam memiliki peran yang sangat besar sehingga mampu membuat Spanyol
memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik ataupun peradaban. Akan tetapi,
walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat
kejam, namun Islam telah membidangi gerakan-gerakan penting di Eropa.
Umat Islam kehilangan segala yang pernah dimiliki. Namun
terjadi di luar dugaan, ternyata bangsa yang menghancurkan Daulah Islamiyah
yang berpusat di Baghdad itu, keturunannya justru menjadi pembangun dan pembela
agama Islam menjadi tumbuh dan mekar kembali. Demikian juga di luar bekas
kekuasaan Daulah Abbasiyah, yaitu Spanyol dan Afrika Utara, kebudayaan Islam
tidak musna bahkan mengalir ke Eropa. Hal ini seperti yang dikemukakan
Musyrifah Sunanto (2003:224) dalam buku Sejarah
Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, sebagai berikut:
Penyaluran dimulai ketika Toledo
jatuh ketangan Kristen. Di Toledo terdapat pusat sekolah tinggi dan ilmu
pengetahuan Islam pada masa itu. Ketika kota
itu jatuh tahun 1085, orang-orang raja Alfonso VII dari Castillia belum tahu
bahasa Arab dan tidak mampu mempergunakan segala peninggalan kaum Muslimin.
Maka penduduk asli Andalus, yang digelari muzarobus yang telah menjadi
intelektual, guru, dokter, ahli kimia, ahli filsafat dan lain-lain yang pernah
bekerja sama dengan ummat islam sebelumnya, itulah yang kemudian ditugaskan
untuk tetap menjalankan tugas-tugas itu namun harus mengganti agamanya dan
menterjemahkannya kedalam bahasa yang dipahami. Perguruan tinggi Toledo, rumah
sakitnya, perpustakaannya, laboratoriumnya masih tetap berjalan, masih tetap
dengan guru-guru besar yang dulu juga, namun memakai bahasa selain bahasa Arab
atau kalau bahasa Arab dipakai harus diterjemahkan kedalam bahasa yang
dipahami. Dengan jalan ini murid-murid negeri Latin tumpah ruah kesana.
Berdasarkan
keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa penyaluran ilmu pengetahuan
islam atas Eropa itu melalui terjemahan dari karya-karya kaum muslimin yang
berbahasa arab ke dalam bahasa yang dipahami. Hal ini dilakukan oleh muzarobus
yang pernah bekerja sama dengan umat islam sebelumnya. Mengalirnya ilmu
pengatahuan dan peradaban Islam ke Eropa ini tidak hanya melalui terjemahan
dari karya-karya kaum muslimn saja, tetapi juga melalui perang salib. Hal ini
seperti yang dikemukakan Samsul Munir
Amin (2009:180), dalam buku Sejarah
Peradaban Islam, bahwa:
Dengan adanya Perang Salib ini banyak membawa keuntungan bagi benua
Eropa. Perhubungan orang Kristen dengan orang Timur tengah memberikan kemajuan
dalam berbagai bidang. Ketika kembali ke Eropa kapal-kapal mereka membawa
barang- barang berharga seperti kain sutera, bejana dari porselin, dan
lain-lain. Sedangkan jenis tumbuh-tumbuhan yang dibawa ke Eropa antara lain:
sejenis biji-bijian, tanaman padi, pepohonan jeruk, semangka, bawang putih,
tumbuhan obat-obatan, tembuhan yang mengandung zat pewarna dan rempah-rempah.
Selanjutnya Musyrifah Sunanto (2003:236) dalam buku Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, sebagai berikut:
Ketika tentara Salib sedang berkuasa, setiap ada pasukan Salib yang
pulang kembali ke Eropa selalu membawa apa saja yang mereka temui. Apakah itu
berupa buku-buku ilmu pengetahuan, alat-alat kedokteran, kompas dan apa saja
hasil kemajuan ummat Islam. Demikian juga ketika terakhir kali mereka terusir
dari Okka, mereka membawa lari apa yang mereka rampas dari hasil kemajuan
Islam. Dengan demikian maka perang Salib merupakan salah satu dari jembatan
tempat mengalirnya kebudayaan Islam ke Eropa.
Berdasarkan
keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa perang Salib merupakan salah satu jembatan
mengalirnya kemajuan peradaban serta kebudayaan Islam ke Eropa. Tentara perang
Salib membawa apa saja yang ditemukan dari peristiwa perang salib tersebut,
baik itu berupa ilmu pengetahuan, tumbuh-tumbuhan, alat-alat kedokteran dan
lain-lain ke Eropa.
Kemajuan-kemajuan
peradaban yang dialami bangsa Eropa juga dipengaruhi khazanah ilmu pengetahuan
Islam yang berkembang pada priode klasik. Seperti yang diterangkan Badri Yatim
(2008:108) Dalam buku Sejarah Peradaban islam, bahwa: “Kemajuan
peradaban Eropa yang terus mengalami perkembangan sampai saat ini sebenarnya
banyak dipengaruhi khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada priode
klasik”.
Sebagaimana
diketahui bahwa Andalusia merupakan tempat
yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk
hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara.
Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Andalusia
ketika berada dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan Negara-negara tetangganya
di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains, di samping perkembangan
dan kemajuan bangunan fisik.
Dalam bukunya ‘Sejarah Peradaban Islam’ Samsul Munir Amin, (2009:178). Menjelaskan
bahwa:
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung
sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan-gerakan kebangkitan kembali (renaesance) pusaka Yunani di Eropa pada
abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini melalui
terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali
kedalam bahasa latin.
Berdasarkan
keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa ilmu pengetahuan atas Eropa
menimbulkan gerakan kembali renesance pusaka yunani berlangsung sejak abad
ke-12 M sampai abad ke-14 M melalui terjemahan Arab yang dipelajari dan
diterjemahkan kedalam bahasa latin.
Demikian besarnya pengaruh pemikiran
Ibn Rusyd di Eropa, sehingga melahirkan gerakan aliran pemikiran bebas yang
disebut Averoisme. Berawal dari gerakan Aveoisme inilah di Eropa kemudian
lahirnya reformasi pada abad ke-16 M, dan rasionalisme pada abad ke-17 M.
mengenai hal ini (Badri Yatim, 2008:109) dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, mengemukakan bahwa: “Pengaruh pemikiran
Ibn Rusyd berawal dari banyaknya para
pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas di Andalusia. Setelah kembali
ke negara masing-masing, orang Eropa mendirikan sekolah-sekolah dan
universitas-universitas. Universitas pertama didirikan di Eropa pada tahun 1231
M”.
Selanjutnya Samsul Munir Amin,
(2009:179) juga menjelaskan mengenai besarnya pengaruh peradaban Islam di Eropa
sebagai berikut:
Demikian besarnya pengaruh peradaban Islam di Eropa, sehingga jika
saja masyarakat Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan tidak
mustahil bahwa Eropa masih tertinggal di belakang dalam hal peradaban dunia.
Bangsa Eropa maju dalam ilmu pengetahuan dan peradaban di karenakan orang Eropa
belajar kepada kaum muslimin terutama melalui berbagai literature dari hasil
karya kaum muslimin di Andalusia Spanyol.
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat diambil pengertian bahwa peradaban Islam Spanyol
memiliki pengaruh yang besar bagi Eropa, jika saja masyarakat Eropa tidak
mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan tidak mustahil bahwa Eropa masih
ketinggalan dalam hal peradaban dunia.
Sumber :
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka
Supriadi,
Dedi, 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia
Munir
Amin, Drs. Samsul 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Hamzah.
No comments:
Post a Comment